Karawang, Jawa Barat – Di tengah lesunya penjualan otomotif nasional, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyarankan produsen mobil untuk menurunkan harga jual kendaraan guna mendongkrak daya beli konsumen. Namun, usulan ini tampaknya menemui jalan terjal, setidaknya jika melihat respons dari salah satu pemain besar di industri ini.

Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM), Sri Agung Handayani, secara implisit menyatakan bahwa perusahaannya lebih memilih untuk mempertahankan harga jual mobil, khususnya untuk segmen entry level yang menjadi fokus mereka. Alasan utama di balik keputusan ini adalah komitmen untuk menjaga kualitas produk.

"Bagi konsumen pemula, harga adalah faktor krusial. Kami sangat memperhatikan daya beli masyarakat, terutama first car buyer. Karena itu, daripada menurunkan harga, kami lebih memilih untuk menekan kenaikan harga akibat material cost. Kenaikan biaya produksi tidak sepenuhnya kami limpahkan ke konsumen," jelas Sri Agung saat ditemui di Karawang, Jawa Barat.

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Daihatsu memilih strategi bertahan, dengan memprioritaskan kualitas dan stabilitas harga, meskipun di sisi lain, hal ini mungkin berdampak pada kemampuan mereka untuk bersaing dalam hal harga.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, saat meresmikan pabrik baru Daihatsu di Karawang, secara terbuka mengharapkan pabrikan otomotif untuk melakukan pengorbanan margin keuntungan demi menurunkan harga jual. Ia juga mendorong inovasi produk yang berorientasi pada konsumen dan ramah lingkungan, serta dukungan pemerintah yang berkelanjutan.

"Kami berharap ada kebijakan-kebijakan baru, misalnya sacrifice margine atau menurunkan harga jual mobil," ujar Agus. Ia menambahkan bahwa inovasi hijau dan dukungan pemerintah sangat penting untuk membangkitkan pasar otomotif Indonesia secepatnya.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penurunan penjualan mobil secara wholesales sebesar 13,9% year-on-year (YoY) pada tahun lalu, menjadi 865.723 unit. Penjualan ritel juga mengalami penurunan 10,9% menjadi 889.680 unit. Meskipun demikian, angka ini masih melampaui target revisi Gaikindo sebesar 850 ribu unit.

Situasi ini menempatkan produsen mobil dalam posisi sulit. Di satu sisi, pemerintah mendorong penurunan harga untuk merangsang daya beli. Di sisi lain, kenaikan biaya produksi dan komitmen terhadap kualitas menjadi pertimbangan penting bagi produsen. Belum lagi, persaingan yang ketat di pasar otomotif membuat setiap keputusan strategis harus diperhitungkan dengan matang.

Lantas, bagaimana produsen mobil lain akan merespons saran pemerintah ini? Apakah mereka akan mengikuti jejak Daihatsu dengan menahan harga, atau justru mengambil langkah berani dengan menurunkan harga demi merebut pangsa pasar yang lebih besar? Pertanyaan ini masih menjadi teka-teki yang akan terjawab dalam beberapa bulan ke depan. Yang jelas, konsumen otomotif di Indonesia akan menjadi pihak yang paling diuntungkan jika harga mobil dapat lebih terjangkau.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini