Praktik truk over dimension over load (ODOL) terus menjadi momok menakutkan di jalanan Indonesia. Bukan hanya merusak infrastruktur, truk-truk yang kelebihan muatan dan ukuran ini juga kerap kali menjadi penyebab utama kecelakaan maut. Akar masalahnya ternyata lebih dalam dari sekadar pelanggaran hukum: kurangnya edukasi dan pelatihan bagi para pengemudi.

Seperti kasus kecelakaan yang melibatkan truk trailer di Bekasi, temuan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap fakta mencengangkan. Truk dengan kapasitas yang dirancang untuk beban total 45 ton dipaksa mengangkut muatan hingga 70 ton. Akibatnya, sistem pengereman bekerja di luar batas kemampuannya, dan potensi terjadinya kecelakaan meningkat drastis.

Namun, menyalahkan pengemudi sepenuhnya adalah sebuah kesalahan besar. Banyak dari mereka tidak memiliki pengetahuan memadai tentang risiko dan konsekuensi dari praktik ODOL. Mereka tidak memahami konsep power weight to ratio, atau bagaimana kelebihan beban dapat mempengaruhi kinerja dan keselamatan kendaraan.

"Bukan soal keberanian, tapi soal minimnya pemahaman," ujar seorang ahli transportasi yang enggan disebutkan namanya. "Pengemudi seringkali terjebak dalam tekanan ekonomi dan target yang tidak realistis, tanpa dibekali pengetahuan yang cukup untuk mengambil keputusan yang aman."

Inilah mengapa gagasan mendirikan sekolah mengemudi khusus untuk pengemudi truk dan bus menjadi semakin mendesak. Profesi pengemudi, layaknya pilot, nakhoda, atau masinis, menuntut keahlian dan pemahaman yang mendalam tentang kendaraan dan keselamatan. Pendidikan dan pelatihan yang komprehensif akan membekali pengemudi dengan pengetahuan tentang:

  • Prinsip keselamatan berkendara: Teknik pengereman yang benar, menjaga jarak aman, dan mengantisipasi potensi bahaya.
  • Karakteristik kendaraan: Memahami batasan beban, kinerja sistem pengereman, dan pengaruh kelebihan beban terhadap pengendalian.
  • Peraturan lalu lintas: Memahami undang-undang dan peraturan terkait dimensi dan muatan kendaraan.
  • Manajemen risiko: Mampu mengidentifikasi potensi risiko dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat.

Lebih dari sekadar sekolah mengemudi, pemerintah juga perlu memastikan bahwa pengemudi mendapatkan upah yang layak. Tekanan ekonomi seringkali memaksa pengemudi untuk mengambil risiko, termasuk melanggar aturan ODOL. Dengan memberikan upah yang mensejahterakan, pengemudi akan lebih fokus pada keselamatan dan kinerja yang optimal.

Truk ODOL adalah bom waktu yang terus berdetak di jalanan kita. Tanpa solusi yang komprehensif, yang mencakup penegakan hukum yang tegas, edukasi yang berkelanjutan, dan kesejahteraan pengemudi, kita akan terus menyaksikan tragedi yang disebabkan oleh praktik berbahaya ini. Sekolah mengemudi bukan hanya investasi dalam keselamatan, tetapi juga investasi dalam masa depan transportasi Indonesia yang lebih baik.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini