Indonesia memegang peranan krusial dalam rantai pasok global kendaraan listrik. Sumber daya nikel melimpah di tanah air menjadi fondasi utama produksi baterai, komponen vital yang menggerakkan mobil-mobil listrik di seluruh dunia. Ironisnya, meski menguasai sumber daya mentah, nilai tambah dari pengolahan justru banyak dinikmati oleh negara lain, terutama China.

Data menunjukkan, hampir separuh bahan baku baterai kendaraan listrik global berasal dari Indonesia. Namun, alih-alih diolah di dalam negeri, nikel mentah tersebut diekspor ke China untuk diproses lebih lanjut. Setelah melalui serangkaian tahapan pengolahan di Negeri Tirai Bambu, bahan baku baterai itu kemudian didistribusikan ke berbagai negara produsen mobil listrik, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

Kondisi ini memunculkan pertanyaan mendasar: mengapa Indonesia belum mampu memaksimalkan potensi ekonominya sendiri? Padahal, dengan memiliki cadangan nikel yang signifikan, Indonesia berpeluang besar menjadi pemain utama dalam industri baterai kendaraan listrik global, bukan hanya sekadar pemasok bahan mentah.

Pemerintah menyadari betul potensi yang terbuang ini. Upaya hilirisasi industri nikel terus digenjot. Rencananya, proses pengolahan nikel, mulai dari mining hingga smelting dan refining, akan dilakukan di dalam negeri, salah satunya oleh PT Aneka Tambang (Antam). Hasilnya, berupa calon baterai, kemudian akan diolah menjadi katoda dan sel baterai.

Namun, tantangan yang dihadapi tidaklah mudah. Investasi besar dibutuhkan untuk membangun infrastruktur pengolahan baterai yang mumpuni. Selain itu, pengembangan teknologi dan sumber daya manusia juga menjadi kunci keberhasilan hilirisasi ini.

Di sisi lain, isu keberlanjutan juga menjadi perhatian penting. Daur ulang baterai bekas menjadi solusi untuk memastikan ketersediaan nikel di masa depan. Teknologi daur ulang yang canggih mampu menghasilkan kembali nikel dengan tingkat kemurnian tinggi, mencapai hingga 99%. Dengan demikian, kekhawatiran mengenai menipisnya cadangan nikel akibat penggunaan untuk baterai kendaraan listrik dapat diatasi.

Ke depan, Indonesia perlu mengambil langkah strategis untuk mengoptimalkan potensi sumber daya nikel yang dimilikinya. Hilirisasi industri nikel, investasi besar dalam infrastruktur dan teknologi, serta pengembangan sistem daur ulang baterai yang efektif menjadi kunci untuk mewujudkan ambisi menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik global. Jika berhasil, Indonesia tidak hanya akan menjadi pemasok bahan baku, tetapi juga produsen baterai yang bernilai tambah tinggi, sehingga mampu meningkatkan pendapatan negara dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini