Jakarta – Kebijakan tarif tinggi yang diterapkan mantan Presiden AS Donald Trump masih menjadi momok bagi industri otomotif Indonesia. Ekspor mobil Completely Built Up (CBU) buatan Indonesia, terutama ke Meksiko, kini berada di bawah bayang-bayang ketidakpastian. Jika Trump kembali berkuasa dan memberlakukan tarif impor tinggi, bukan tidak mungkin keran ekspor mobil andalan Indonesia ke negara tersebut bakal tersendat.

Toyota, sebagai kontributor ekspor mobil terbesar dari Indonesia, tak tinggal diam. Perusahaan otomotif raksasa asal Jepang ini tengah menyiapkan strategi jitu untuk mengamankan pangsa pasar ekspornya, terutama di Meksiko.

"Meksiko itu boleh impor kalau ekspor," ujar Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandi Julyanto, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan neraca perdagangan. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa jika AS menutup akses ekspor bagi Meksiko, maka Meksiko pun berpotensi melakukan hal serupa terhadap negara lain, termasuk Indonesia.

Saat ini, Toyota mengandalkan pasar Meksiko sebagai salah satu tujuan ekspor utama. Beberapa model yang laris manis di Negeri Sombrero antara lain Avanza, Veloz, dan Raize. Pada tahun 2024, Toyota menyumbang sekitar 61% dari total ekspor mobil CBU Indonesia.

Untuk menghadapi tantangan ke depan, Toyota tidak hanya fokus pada pasar tradisional. Perusahaan berencana untuk terus mengkaji peluang ekspansi ke negara-negara tujuan ekspor non-tradisional, terutama di kawasan Amerika Latin. Langkah ini dilakukan untuk mengoptimalkan demografi strategis Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada satu pasar tertentu.

Pemerintah Indonesia juga turut mengambil langkah antisipasi. Saat ini, pemerintah tengah menjajaki kemungkinan untuk bergabung dalam perjanjian perdagangan bebas (FTA) dan Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP). Kedua perjanjian ini dinilai dapat membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk-produk Indonesia di kawasan Amerika Latin.

Namun, upaya diversifikasi pasar ini membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah. Selain perjanjian perdagangan, pemerintah perlu memfasilitasi promosi produk, memperbaiki infrastruktur logistik, dan memberikan insentif yang menarik bagi para eksportir.

Dengan strategi yang matang dan dukungan yang solid dari pemerintah, industri otomotif Indonesia diharapkan mampu mengatasi tantangan kebijakan tarif Trump dan terus meningkatkan kinerja ekspornya di pasar global. Target ekspor Toyota pada tahun 2025, yaitu mempertahankan volume ekspor yang sama dengan tahun sebelumnya, menjadi bukti optimisme industri otomotif Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan global.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini