Karawang – PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) baru saja meresmikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen (SPBH) atau Hydrogen Refueling Station (HRS) di pabrik mereka yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Langkah ini memicu pertanyaan: apakah ini sinyal Toyota akan segera memasarkan mobil hidrogen di Indonesia?
Presiden Direktur PT TMMIN, Nandi Julyanto, mengakui bahwa Toyota telah memiliki mobil hidrogen, yaitu Toyota Mirai. Model ini bahkan sudah beberapa kali dipamerkan di Indonesia. Namun, ia menekankan bahwa studi mengenai mobil hidrogen masih terus berlangsung. Hal ini dikarenakan teknologi ini masih tergolong baru dan ekosistem pendukungnya masih dalam tahap pengembangan.
"Kita sudah punya Mirai generasi 1 dan 2, nanti kita akan evaluasi, karena seperti yang disampaikan, kita perlu regulasi dan studi dulu," jelas Nandi saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, Selasa (11/2).
Pernyataan ini mengindikasikan bahwa penjualan mobil hidrogen seperti Toyota Mirai dalam waktu dekat masih belum akan terealisasi. Toyota tampaknya ingin memastikan ekosistem pendukungnya sudah siap sebelum meluncurkan kendaraan tersebut.
"Edukasi itu perlu, kalau pengalaman di beberapa negara kan 5-6 tahun ya. Nanti secara ekosistem sudah ada, yang penting dalam satu ring tertentu mungkin 2030 sudah bisa (dijual). Kalau forklift segera, kalau mobil (hidrogen) mungkin 2030," ungkap Nandi.
Pembangunan SPBH atau HRS Toyota ini sendiri memakan waktu sekitar satu tahun dan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, BRIN, Pertamina, PLN, dan Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHA). Langkah ini diklaim sebagai bentuk dukungan terhadap upaya pemerintah dalam mengadopsi energi hijau dan mengembangkan ekosistem hidrogen di Indonesia.
"Upaya ini merupakan langkah penting bagi Toyota dalam memperkenalkan solusi energi masa depan yang lebih berkelanjutan. Toyota bertujuan memastikan setiap teknologi dapat berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon," imbuh Nandi.
HRS Toyota dirancang untuk mengisi ulang kendaraan berbasis hidrogen, seperti forklift, mobil, maupun truk. Saat ini, hidrogen yang digunakan masih masuk dalam kategori grey energy.
Namun, Toyota berencana untuk bertransisi menuju green hydrogen sebagai tujuan akhir. Green hydrogen diproduksi melalui proses elektrolisis air menggunakan energi terbarukan. Peralihan ini akan dilakukan secara bertahap karena green hydrogen masih membutuhkan infrastruktur dan teknologi yang lebih maju, serta investasi yang signifikan.
Dengan pembangunan SPBH ini, Toyota menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan teknologi hidrogen di Indonesia. Meskipun penjualan mobil hidrogen belum akan terjadi dalam waktu dekat, investasi ini menjadi fondasi penting untuk masa depan transportasi yang lebih ramah lingkungan. Pasar otomotif Indonesia tampaknya harus bersabar hingga 2030 untuk melihat kehadiran mobil hidrogen dari Toyota.