Dua unit Suzuki XL7 di Sukabumi mendadak viral setelah kedapatan menggunakan pelat nomor yang identik, F 1624 TE. Kejanggalan ini memicu rasa penasaran warganet, apalagi kedua mobil tersebut memiliki sedikit perbedaan pada detail eksteriornya. Usut punya usut, salah satu XL7 ternyata menggunakan pelat nomor palsu!
Perbedaan mencolok terletak pada lis krom pada grille. Satu XL7 memiliki lis krom, mengindikasikan model bensin, sementara yang lainnya dengan lis hitam merupakan varian hybrid. Pengecekan data kendaraan di Bapenda Jabar mengungkap bahwa pelat nomor F 1624 TE terdaftar untuk Suzuki XL7415FGX (4×2) A/T.
Menurut Kasat Lantas Polres Sukabumi Kota, AKP Haga Deo Harefa, pemilik mobil dengan pelat nomor palsu nekat memasang pelat nomor duplikat karena belum menerima pelat nomor resmi dari pihak berwenang. Mobil tersebut sejatinya baru dan seharusnya menggunakan Tanda Coba Kendaraan Bermotor (STCK).
"Yang bersangkutan membuat nopol tersebut di tukang pelat nomor yang ada di pinggir jalan. Sudah dua hari (digunakan)," ungkap AKP Haga Deo Harefa.
Sekilas, pelat nomor palsu tersebut tampak identik dengan aslinya. Namun, pihak kepolisian memiliki cara khusus untuk membedakan keasliannya. "Sekilas mungkin terlihat sama dari bahan dan cara mencetak, tetapi ada perbedaan signifikan dalam spektek yang kami gunakan," jelasnya.
Informasi tambahan mengungkap bahwa mobil tersebut merupakan hadiah dari Bank BRI. Proses registrasi kendaraan masih dalam tahap penyelesaian.
Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi pemilik kendaraan bermotor. Penggunaan pelat nomor tidak sesuai peruntukan adalah pelanggaran lalu lintas yang serius dan dapat dikenakan sanksi. Sesuai undang-undang yang berlaku, pelanggar terancam denda hingga Rp 500 ribu atau kurungan penjara maksimal 2 bulan.
Kasus ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk selalu mematuhi aturan lalu lintas dan menunggu proses registrasi kendaraan selesai sebelum menggunakan jalan raya. Menggunakan pelat nomor palsu bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga berpotensi menimbulkan masalah yang lebih besar di kemudian hari.