Jakarta – Rencana penggabungan (merger) antara Nissan dan Honda dipastikan kandas. Ketidaksepakatan mengenai struktur perusahaan pasca-merger menjadi batu sandungan utama. Kini, Nissan dikabarkan tengah menjajaki peluang kerja sama dengan perusahaan teknologi raksasa asal Taiwan, Foxconn, untuk mempercepat pengembangan kendaraan listrik (EV).

Informasi yang beredar menyebutkan bahwa CEO Nissan, Makoto Uchida, telah bertemu dengan CEO Honda, Toshihiro Mibe, untuk secara resmi mengakhiri diskusi merger. Sumber anonim mengungkapkan bahwa Nissan merasa keberatan dengan usulan Honda yang menempatkan Nissan sebagai anak perusahaan.

Dengan batalnya merger, Nissan kini membuka diri untuk bermitra dengan perusahaan lain, terutama yang memiliki keahlian di bidang teknologi dan elektrifikasi. Foxconn, yang dikenal sebagai produsen perakitan elektronik terbesar di dunia, termasuk iPhone dan iPad, muncul sebagai kandidat kuat.

"Kami sangat terbuka untuk menjajaki kemitraan baru yang dapat mendukung ambisi elektrifikasi kami," ujar seorang sumber internal Nissan, yang menolak disebutkan namanya.

Sebelumnya, Foxconn telah menunjukkan minat untuk bekerja sama dengan Nissan di bidang elektrifikasi tahun lalu. Namun, saat itu, Nissan masih fokus pada potensi merger dengan Honda. Kini, dengan jalan yang lebih jelas, perundingan antara Nissan dan Foxconn diperkirakan akan kembali digulirkan.

Ketertarikan Foxconn terhadap industri otomotif, khususnya EV, memang bukan rahasia lagi. Kemitraan dengan Nissan akan memberikan keuntungan signifikan bagi Foxconn, mengingat pengalaman dan keahlian Nissan dalam mengembangkan teknologi EV.

Selain menjalin komunikasi dengan Nissan, Foxconn juga dikabarkan melirik saham Renault, yang memiliki 36% saham di Nissan. Namun, Renault tidak dapat menjual saham tersebut tanpa persetujuan dari Nissan. Situasi ini menambah kompleksitas dalam potensi aliansi antara Foxconn, Nissan, dan Renault.

Analis otomotif menilai bahwa kemitraan antara Nissan dan Foxconn dapat menjadi game changer di industri otomotif global. Kombinasi keahlian Nissan dalam manufaktur otomotif dan teknologi EV, serta kemampuan Foxconn dalam produksi massal dan teknologi, dapat menghasilkan inovasi yang signifikan dan mempercepat transisi menuju era kendaraan listrik.

"Kerja sama ini berpotensi untuk mendisrupsi pasar EV. Foxconn memiliki sumber daya dan teknologi untuk membantu Nissan mempercepat produksi EV dan menekan biaya," kata Antonius Chandra, pengamat otomotif dari sebuah lembaga riset independen.

Saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Nissan maupun Foxconn mengenai potensi kemitraan ini. Namun, pasar otomotif dunia akan terus memantau perkembangan situasi ini dengan seksama, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap masa depan industri otomotif.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini