Penjualan motor listrik di Indonesia masih jauh dari harapan, meskipun pemerintah telah menggelontorkan subsidi pembelian. Stok menumpuk di dealer menjadi pemandangan yang kontras dengan ambisi besar elektrifikasi kendaraan. Apa sebenarnya yang menjadi penghalang adopsi motor listrik?

Berdasarkan data yang dihimpun, serapan subsidi motor listrik pada tahun 2023 hanya mencapai 11.532 unit dari kuota 200 ribu unit. Angka ini memicu pemangkasan kuota secara signifikan di tahun 2024, menjadi hanya 50.000 unit. Meski kuota tahun 2024 diklaim sudah habis dengan 63.145 unit tersalurkan, angka ini tetap jauh dari target awal.

Ekonom senior dari sebuah universitas ternama, Arya Sentosa, menyoroti bahwa daya beli masyarakat yang melemah akibat stagnasi ekonomi menjadi faktor krusial. "Kondisi ekonomi makro Indonesia saat ini memberikan tekanan, terutama pada kelas menengah ke bawah. Kenaikan biaya hidup dan ketidakpastian ekonomi membuat konsumen menunda pembelian barang-barang mahal, termasuk motor listrik," ujarnya saat dihubungi Jumat (7/2/2025).

Harga motor listrik yang relatif lebih tinggi dibandingkan motor konvensional, meski sudah disubsidi, menjadi pertimbangan utama. Masyarakat dengan anggaran terbatas cenderung memilih kendaraan yang lebih terjangkau dan familiar.

Selain faktor ekonomi, infrastruktur pengisian daya yang belum memadai juga menjadi penghalang. Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Kendaraan Bermotor Listrik Indonesia (AIKLINDO), Budi Santoso, menjelaskan bahwa kekhawatiran akan ketersediaan stasiun pengisian daya (SPKLU) membatasi mobilitas pengguna motor listrik. "Konsumen masih ragu karena keterbatasan infrastruktur. Mereka khawatir kehabisan baterai di tengah jalan, apalagi jika melakukan perjalanan jauh," katanya.

Kekhawatiran ini diperkuat oleh kebiasaan masyarakat Indonesia yang terbiasa dengan kemudahan mengisi bahan bakar di SPBU. Motor listrik membutuhkan waktu pengisian daya yang lebih lama dibandingkan mengisi bensin, sehingga dianggap kurang praktis.

Ketidakpastian terkait keberlanjutan subsidi juga menjadi isu krusial. Meskipun pemerintah menjanjikan perpanjangan subsidi di tahun 2025, namun masih terdapat keraguan di kalangan konsumen dan pelaku industri. Arya Sentosa menekankan pentingnya konsistensi kebijakan. "Subsidi yang fluktuatif dan tidak jelas akan menghambat adopsi motor listrik. Pemerintah perlu memberikan kepastian agar konsumen dan investor yakin untuk berinvestasi di sektor ini," tegasnya.

Untuk mendorong adopsi motor listrik secara signifikan, pemerintah perlu melakukan pendekatan yang komprehensif. Selain melanjutkan subsidi, pemerintah perlu fokus pada peningkatan infrastruktur pengisian daya, edukasi masyarakat mengenai manfaat motor listrik, dan menciptakan ekosistem yang mendukung industri motor listrik. Tanpa langkah-langkah tersebut, ambisi elektrifikasi kendaraan di Indonesia akan sulit terwujud.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini