Bogor – Sebuah kecelakaan maut kembali terjadi di Gerbang Tol (GT) Ciawi, Jawa Barat, menewaskan delapan orang dan melukai 11 lainnya. Insiden yang melibatkan enam kendaraan ini dipicu oleh truk yang diduga mengalami rem blong. Kobaran api sempat terlihat di lokasi kejadian, menambah pilu tragedi ini.

Kapolresta Bogor Kota, Kombes Eko Prasetyo, menjelaskan bahwa truk tersebut diduga kehilangan kendali saat hendak melakukan tapping kartu tol. "Intinya itu remnya blong, mau nge-tap masuk gerbang tol Ciawi itu kan, nempel kartu itu. Remnya blong, terus nabrak kendaraan yang di depannya," ujarnya.

Kecelakaan ini kembali membuka luka lama terkait keselamatan angkutan barang dan sistem logistik di Indonesia. Praktisi keselamatan berkendara, Jusri Pulubuhu, menekankan bahwa kecelakaan akibat rem blong adalah tanggung jawab semua pihak, dimulai dari pengemudi, perusahaan, hingga pemerintah.

Jusri menyoroti kebiasaan buruk pengemudi truk yang kerap menetralkan transmisi di jalan turunan demi menghemat bahan bakar. Praktik ini menghilangkan fungsi engine brake dan membebani sistem pengereman, sehingga berpotensi menyebabkan rem menjadi panas dan blong.

"Ngeblong itu menetralkan transmisi dengan harapan menghemat konsumsi bahan bakar. Sehingga selisih budget bisa dibawa pulang. Tapi perilaku ini adalah hal yang membahayakan, hal yang bodoh," tegasnya.

Tak hanya pengemudi, perusahaan transportasi juga memiliki peran krusial dalam memastikan keselamatan armada. Perawatan kendaraan secara berkala, termasuk pemeriksaan sistem pengereman (brake check), harus menjadi prioritas utama. Pemeriksaan yang teliti, mulai dari membuang angin rem hingga menyelaraskan chamber kiri-kanan, membutuhkan waktu dan sumber daya, namun krusial untuk mencegah kecelakaan.

Pemerintah, sebagai regulator, juga dinilai kurang tegas dalam menindak pelanggaran-pelanggaran angkutan logistik. Standardisasi edukasi dan keselamatan, sosialisasi, monitoring, serta pemberian sanksi yang tegas harus diimplementasikan secara konsisten.

Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, menilai bahwa kecelakaan truk yang kerap terjadi adalah buah dari sistem yang carut marut. "Ini adalah kejadian yang selalu berulang, tidak pernah ada solusi dari negara," ungkapnya.

Djoko menambahkan bahwa permasalahan ini merupakan akumulasi dari penyelenggaraan angkutan logistik di Indonesia yang belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik. Ia berharap pemerintah pusat dapat mengambil langkah tegas untuk menata ulang sistem logistik demi mencegah tragedi serupa terulang kembali.

Kecelakaan di GT Ciawi ini menjadi pengingat pahit bahwa keselamatan angkutan barang bukan hanya sekadar urusan teknis, melainkan juga menyangkut tanggung jawab moral dan komitmen seluruh pihak. Perlu ada perubahan mendasar dalam sistem logistik, mulai dari peningkatan kesadaran pengemudi, perawatan kendaraan yang ketat, penegakan hukum yang tegas, hingga kebijakan yang berpihak pada keselamatan. Hanya dengan begitu, kita bisa berharap tragedi serupa tidak lagi terjadi di masa mendatang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini