Jakarta – Polusi udara akut tengah melanda India, memaksa pemerintah setempat mengambil langkah ekstrem. Mumbai, kota metropolitan yang padat, menjadi sorotan utama dengan rencana pelarangan mobil berbahan bakar bensin dan diesel. Kebijakan ini bukan tanpa alasan, melainkan sebagai respons terhadap kualitas udara yang terus memburuk hingga level membahayakan.
Data dari India National Air Quality Index (AQI) menunjukkan betapa parahnya situasi. Mumbai kerap kali mencatatkan level jingga atau merah, indikasi udara yang sangat kotor. Bahkan di Delhi, angka AQI bisa menembus 350, masuk kategori "sangat tercemar". Kondisi inilah yang memicu pembentukan panel ahli yang bertugas mengevaluasi kemungkinan pelarangan kendaraan berbahan bakar fosil di Mumbai.
Panel yang dipimpin oleh Sudhir Kumar Shrivastava, seorang pejabat tinggi negara, terdiri dari berbagai ahli dari bidang transportasi, energi, dan otomotif. Mereka bertugas menyusun rekomendasi kebijakan yang efektif dan realistis. Langkah ini juga diperkuat oleh perintah Pengadilan Tinggi Bombay yang menyoroti kekhawatiran terhadap polusi udara dan kemacetan lalu lintas yang semakin parah.
"Emisi kendaraan merupakan salah satu sumber utama polusi udara," tegas pengadilan dalam perintahnya, menggarisbawahi urgensi untuk mengambil tindakan nyata.
Namun, rencana ambisius ini juga menghadapi tantangan besar. Masyarakat Mumbai diprediksi akan memberikan perlawanan, mengingat harga mobil CNG dan listrik yang masih jauh lebih mahal dibandingkan mobil bensin dan diesel. Selain itu, produsen mobil juga berpotensi merugi besar karena Mumbai adalah pasar yang sangat signifikan untuk kendaraan konvensional.
Meskipun demikian, langkah India ini bisa menjadi cermin bagi negara lain yang juga menghadapi masalah serupa, termasuk Indonesia. Jakarta, sebagai contoh, juga sering kali diselimuti polusi udara yang mengkhawatirkan. Pertanyaannya, kapan pemerintah Indonesia akan mengambil langkah berani seperti India?
Peralihan menuju transportasi yang lebih ramah lingkungan adalah sebuah keniscayaan. Meski sulit dan memerlukan komitmen besar, masa depan yang lebih bersih dan sehat menuntut perubahan. India mungkin sedang menguji coba, tetapi dampaknya bisa jadi akan dirasakan secara global. Apakah Indonesia siap untuk mengikuti jejak tersebut?