Pantura, Jawa Tengah – Jalur Pantai Utara (Pantura) yang dulu ramai kini terasa sepi saat memasuki akhir pekan panjang. Kondisi ini sangat terasa bagi para pengendara yang melintas, terutama pengendara motor yang sering menjadikan jalur ini sebagai rute favorit untuk touring ke arah timur Pulau Jawa.

Pantauan di lapangan menunjukkan, jalur Pantura kini lebih didominasi oleh lalu lalang kendaraan berat seperti truk pengangkut barang. Banyak rumah makan dan tempat peristirahatan di sepanjang jalan terlihat tutup, bahkan beberapa diantaranya tampak terbengkalai. Kondisi ini sangat kontras dengan masa lalu ketika Pantura menjadi primadona dengan berbagai warung makan yang ramai dan tempat istirahat yang selalu dipenuhi pengendara.

"Dulu, setiap melewati Pantura, pasti banyak pilihan tempat makan. Sekarang banyak yang tutup, bahkan ada yang sudah rata dengan tanah. Ini sangat disayangkan," ujar seorang pengendara motor yang sering melintasi jalur ini.

Sejumlah wilayah seperti Camiang, Patokbeusi, hingga Eretan Kulon yang dulunya terkenal dengan warung makan dan tempat istirahat, kini hanya menyisakan bangunan-bangunan kosong dan papan nama yang kusam. Pemandangan ini menguatkan kesan bahwa pamor Pantura sebagai jalur lintas utama semakin memudar.

Salah satu penyebab utama sepinya Pantura adalah beralihnya kendaraan ke jalan tol Trans Jawa. Keberadaan jalan tol yang lebih cepat dan nyaman, membuat banyak pengendara memilih jalan tol sebagai alternatif. Terutama bagi pengendara mobil pribadi. Akibatnya, Pantura kini lebih didominasi oleh kendaraan barang, khususnya truk.

Namun, kondisi ini juga diperparah dengan kondisi jalan yang semakin memprihatinkan. Jalan berlubang dan bergelombang mudah ditemui di sepanjang Pantura, terutama di wilayah Cirebon, Brebes, Indramayu, hingga Batang-Pekalongan termasuk kawasan Alas Roban. Kondisi ini tak hanya membuat perjalanan menjadi tidak nyaman, tapi juga membahayakan, terutama bagi pengendara motor. Lubang yang menganga dan jalan yang bergelombang menyebabkan kendaraan mudah kehilangan kendali, apalagi saat melintas di malam hari dengan minim penerangan.

Pejabat dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Jawa Tengah – DIY mengakui bahwa kerusakan jalan di Pantura sudah sangat memprihatinkan. Curah hujan yang tinggi dan beban kendaraan yang berlebihan menjadi penyebab utama munculnya lubang-lubang di jalan. Pihaknya telah menyiapkan tim dan ribuan ton aspal untuk menambal jalan rusak, namun hal ini tidak bertahan lama mengingat cuaca ekstrem dan banyaknya kendaraan besar yang melintas.

Kondisi ini menuntut perhatian serius dari pemerintah dan pihak terkait. Perbaikan jalan secara menyeluruh dan pengendalian muatan kendaraan barang menjadi sangat penting untuk mengembalikan kenyamanan dan keamanan di jalur Pantura. Jika tidak ada tindakan yang konkret, bukan tidak mungkin Pantura akan terus kehilangan pamornya sebagai jalur lintas utama yang ramai dan nyaman untuk semua pengguna jalan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini