JAKARTA – Seringkali kita berasumsi, dengan kecepatan konstan 100 kilometer per jam, maka jarak 100 kilometer akan ditempuh dalam waktu satu jam. Hitungan matematika sederhana ini memang terdengar logis, namun kenyataannya, perjalanan di dunia nyata jauh lebih kompleks. Ada berbagai faktor tak terduga yang bisa membuat perkiraan waktu tempuh meleset.
Seorang pakar keselamatan berkendara, Sony Susmana, menekankan bahwa pemahaman ini penting untuk dimiliki setiap pengemudi. "Banyak yang mengukur perjalanan berdasarkan hitungan jarak dan waktu, atau bahkan hanya mengandalkan estimasi dari aplikasi peta digital. Padahal, data tersebut tidak bisa dijadikan patokan mutlak," ujarnya.
Kenapa bisa begitu? Jalan raya bukanlah arena yang statis. Kondisi lalu lintas terus berubah setiap detiknya. Bayangkan saja, ada jam-jam sibuk di mana kemacetan bisa terjadi tanpa diduga. Belum lagi potensi adanya lampu merah yang harus dilewati, kecelakaan yang membuat laju kendaraan tersendat, pengalihan arus yang mengubah rute, hingga cuaca buruk yang memengaruhi visibilitas dan kecepatan. Semua faktor ini bisa berkonspirasi untuk membuat waktu tempuh perjalanan menjadi lebih panjang dari yang diperkirakan.
Sony memberikan contoh, "Jangankan kemacetan, perubahan cuaca juga bisa bikin rencana perjalanan berantakan. Hujan deras, misalnya, membuat pengemudi harus lebih berhati-hati dan mengurangi kecepatan."
Lantas, bagaimana cara menyiasati hal ini? Daripada terpaku pada target jarak atau waktu, lebih baik nikmati perjalanan dengan santai. Jika memang perlu melakukan estimasi, tambahkan waktu tambahan sekitar 5 menit untuk setiap kilometernya. Dengan begitu, kita tidak akan terburu-buru dan lebih siap menghadapi segala kemungkinan di jalan.
"Ingat, keselamatan dan kenyamanan berkendara jauh lebih penting daripada mengejar target waktu. Jadi, jangan terlalu tegang dengan hitungan matematika," pesan Sony.
Oleh karena itu, mulailah mengubah persepsi kita tentang perjalanan. Jangan lagi terlalu percaya pada hitungan yang kaku, tetapi lebih fleksibel dan adaptif terhadap kondisi jalan. Dengan begitu, kita bisa berkendara dengan lebih aman dan nyaman, terhindar dari stres karena harus mengejar waktu yang ternyata tak selalu bisa dipenuhi.