Washington, AS – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengambil langkah kontroversial dengan mendeklarasikan berakhirnya era "Green New Deal" dan mencabut mandat kendaraan listrik. Keputusan ini ia sampaikan dalam pidato kenegaraan, menegaskan komitmennya untuk menyelamatkan industri otomotif Amerika.

"Dengan tindakan hari ini, kita akan mengakhiri ‘Green New Deal’ dan mencabut mandat kendaraan listrik. Menyelamatkan industri otomotif kita dan menepati janji suci saya kepada para pekerja otomotif Amerika yang hebat," ujar Trump dengan nada berapi-api.

Langkah ini bukan tanpa alasan. Trump sebelumnya telah menyatakan keadaan darurat energi nasional, menyoroti krisis inflasi yang ia kaitkan dengan kenaikan harga energi. Sebagai solusi, ia berencana untuk mengaktifkan kembali kilang-kilang minyak di seluruh negeri. "Kita akan mengebor, sayang, mengebor," tegasnya, mengisyaratkan fokus pada energi fosil.

Pukulan terhadap kendaraan listrik ini diperkuat dengan rencana tim transisi Trump untuk menghentikan keringanan pajak konsumen sebesar USD 7.500 untuk pembelian mobil listrik. Kebijakan ini, jika diterapkan, diperkirakan akan mengganggu transisi kendaraan listrik di AS.

Menariknya, Tesla, produsen mobil listrik terbesar di Amerika Serikat, melalui komite transisinya justru mendukung penghapusan subsidi tersebut. CEO Tesla, Elon Musk, yang dikenal sebagai pendukung Trump, berpendapat bahwa penghentian subsidi mungkin akan sedikit merugikan penjualan Tesla, namun akan menjadi pukulan telak bagi pesaing EV lainnya, seperti General Motors.

Langkah Trump ini juga dipandang sebagai bagian dari strategi yang lebih luas terkait dengan perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Penolakan terhadap perusahaan China yang ingin membangun pabrik baterai di AS menjadi salah satu indikatornya.

Kebijakan anti-mobil listrik dan pro-energi fosil dari Trump ini memicu perdebatan sengit di kalangan industri otomotif dan aktivis lingkungan. Di satu sisi, kebijakan ini diklaim akan melindungi pekerjaan di sektor otomotif tradisional dan mengurangi ketergantungan pada energi terbarukan yang dinilai belum siap. Di sisi lain, banyak yang menilai kebijakan ini akan menghambat upaya global dalam mengurangi emisi karbon dan memperlambat perkembangan teknologi kendaraan listrik.

Dengan berbagai pertimbangan dan potensi dampak yang kontradiktif, keputusan Trump ini akan menjadi babak baru yang menarik untuk disimak dalam peta persaingan industri otomotif global dan transisi energi dunia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini