JAKARTA – Di tengah hiruk pikuk lalu lintas perkotaan, polisi tidur hadir sebagai solusi sederhana namun efektif untuk mengendalikan kecepatan kendaraan. Bukan sekadar gundukan aspal, alat ini menyimpan kisah menarik tentang bagaimana seorang fisikawan, Arthur Holly Compton, menerapkan keahliannya untuk mengatasi permasalahan keselamatan jalan.

Jauh sebelum menjadi bagian tak terpisahkan dari jalanan, polisi tidur lahir dari keprihatinan Compton terhadap lalu lintas yang tak terkendali di sekitar kampus Universitas Washington, St. Louis, Missouri, AS, tempat ia menjabat sebagai rektor. Pada tahun 1950-an, saat industri otomotif berlomba menciptakan kendaraan yang lebih kencang, aturan lalu lintas belum sepadan dengan kemajuan teknologi tersebut. Kondisi ini memicu kekhawatiran Compton terhadap keselamatan pejalan kaki dan pengendara.

Terinspirasi oleh pengetahuan fisika yang dikuasainya, Compton merancang sebuah "gundukan pengontrol lalu lintas" atau "Holly hump," yang kemudian kita kenal sebagai polisi tidur. Desainnya sederhana: gundukan, bisa tunggal atau ganda, dengan sisi miring dan bagian tengah yang lebih tinggi sekitar 17,7 cm. Bentuk ini, terbukti ampuh memaksa kendaraan mengurangi kecepatan, dan dampaknya langsung terasa di lingkungan kampus.

Desain inovatif ini tidak hanya diterima baik di kampus, tetapi juga dengan cepat menyebar ke seluruh Amerika Serikat, bahkan hingga ke berbagai belahan dunia. Negara-negara mulai mengadopsi polisi tidur sebagai salah satu cara untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas, terutama di kawasan rawan dan padat.

Namun, di balik efektivitasnya, polisi tidur juga menyimpan potensi masalah. Beberapa kasus menunjukkan, konstruksi yang tidak tepat justru dapat membahayakan pengendara, terutama pengguna sepeda motor. Seperti yang terjadi di Jalan Danau Sunter Selatan, Tanjung Priok, Jakarta Utara, di mana polisi tidur yang baru dibangun terpaksa dibongkar karena mengakibatkan sejumlah kecelakaan.

Hal ini menegaskan bahwa penerapan polisi tidur perlu perencanaan dan konstruksi yang matang. Tidak cukup hanya sekadar membangun gundukan di jalan, tetapi juga harus mempertimbangkan faktor keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan. Diperlukan regulasi yang jelas dan pengawasan yang ketat agar polisi tidur benar-benar berfungsi sebagai alat pengaman, bukan justru menjadi penyebab kecelakaan.

Kisah polisi tidur, dari inovasi seorang fisikawan hingga menjadi solusi lalu lintas global, adalah cerminan bagaimana pengetahuan dan inovasi dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan sehari-hari. Polisi tidur, walau tampak sederhana, menjadi pengingat bahwa keselamatan lalu lintas adalah tanggung jawab bersama, dan setiap solusi perlu dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas dan keamanannya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini