TANGERANG – Kabar kurang sedap menghampiri pasar mobil bekas di Indonesia. Penjualan sepanjang tahun 2024 ini dilaporkan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Kondisi ini selaras dengan lesunya pasar mobil baru, yang mana pengetatan kredit disinyalir menjadi penyebab utamanya.
Agustinus, pemilik diler Focus Motor Group, mengakui bahwa pasar mobil bekas saat ini terdampak oleh kondisi ekonomi global dan nasional yang kurang kondusif. Transaksi jual beli mobil bekas tidak seramai biasanya. "Penurunan (penjualan mobil bekas) sangat terasa," ungkapnya di sela acara Soft Launching Bursa Mobil Pusat Otomotif Indonesia (POIN) PIK 2, Tangerang, Rabu (21/8/2024).
Jika dibandingkan dengan pasar mobil baru, yang data penjualannya tercatat oleh Gaikindo, penurunan pasar mobil bekas sulit diukur secara pasti. Data penjualan mobil baru Januari-Juli 2024 hanya mencapai 508.050 unit, atau turun 12,2 persen year on year. Sayangnya, tidak ada data terpusat dan komprehensif untuk penjualan mobil bekas.
Namun, Agustinus menyebutkan bahwa penurunan pembiayaan kredit mobil sebesar 15 persen selama Januari-Juli 2024, yang dirilis oleh Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), bisa menjadi salah satu indikator. "Mobil bekas ini tidak ada indikator (volume penjualan nasional). Jadi, kami indikatornya dari leasing. Kalau leasing ada penurunan, artinya penjualan mobil bekas menurun," jelasnya.
Pengetatan kredit mobil dinilai sebagai penyebab utama lesunya pasar mobil bekas tahun ini. Agustinus menduga, kondisi ini dipicu oleh meningkatnya non performing loan (NPL) atau kredit macet. "Leasing diperketat mungkin karena banyak NPL yang naik juga. Keadaan ekonomi juga, kan, memang lagi tidak baik-baik saja," katanya.
Meskipun demikian, Agustinus tetap optimis bahwa pasar mobil bekas akan kembali bangkit dalam waktu dekat. Di tengah kondisi pasar yang menantang ini, para pedagang mobil bekas dituntut untuk berinovasi dan mencari strategi yang tepat.
"Kami di Focus Motor Group bisa tumbuh. Penjualan kami dari bulan enam ke bulan tujuh itu naik dua kali lipat," klaim Agustinus, menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, masih ada peluang untuk berkembang di tengah pasar yang lesu.
Penurunan pasar mobil bekas ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi dan menjaga daya beli masyarakat. Para pelaku pasar juga perlu terus beradaptasi dan berinovasi agar tetap bertahan dan bahkan berkembang di tengah kondisi yang fluktuatif.