Jakarta – Di tengah gempuran mobil-mobil SUV modern, nama Opel Blazer justru kian menggaung di kalangan penggemar otomotif. Medium SUV yang pernah meramaikan jalanan Indonesia di era 90-an ini kini menjelma menjadi incaran para kolektor dan penghobi mobil klasik.
Blazer pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 1996, dipasarkan oleh General Motors Buana Indonesia (GMBI). Mobil ini bukan sekadar tempelan merek, melainkan hasil kolaborasi berbagai brand di bawah naungan General Motors. Chevrolet merancang desain eksterior dan interior, sementara Opel memasarkannya di Eropa dan beberapa negara lain. Mesinnya pun tak hanya mengandalkan Chevrolet, tetapi juga Holden dari Australia.
Namun, kiprah Opel Blazer di Indonesia terhenti pada September 2002, digantikan oleh Chevrolet Blazer. Sejak saat itu, Blazer kerap dianggap sebagai mobil "boros" dan "penunggu bengkel" karena sulitnya mencari suku cadang dan tidak semua bengkel bisa menanganinya. Meski begitu, stigma tersebut justru membuat Blazer semakin eksklusif dan dicari para penggemar SUV tangguh.
Desain Maskulin yang Tak Lekang Waktu
Salah satu daya tarik utama Opel Blazer adalah desainnya yang maskulin dan kekar. Garis bodinya yang membulat namun tetap tegas memberikan kesan SUV yang kuat. Generasi awal Blazer dengan mesin SOHC memiliki ciri khas lampu depan kotak berukuran besar, sementara versi facelift dengan mesin DOHC hadir dengan lampu depan yang lebih sipit dan gril berlapis krom.
Postur Blazer yang bongsor dan penggunaan over fender, side moulding, serta foot step semakin menguatkan kesan mobil Amerika. Desain pilar D dan buritan dengan bentuk kapsul juga menambah sentuhan klasik yang memikat. Tak heran, banyak yang menyamakan Blazer dengan SUV milik FBI, seperti Chevrolet Suburban, karena perawakannya yang gagah.
Kaki-Kaki Kokoh dan Suspensi Nyaman
Selain desainnya, keunggulan lain Opel Blazer terletak pada kaki-kakinya yang kokoh namun tetap nyaman dikendarai. Penggunaan suspensi MacPherson struts independen di bagian depan dan belakang memungkinkan setiap roda bergerak secara individual, sehingga mampu meredam guncangan dengan baik di berbagai medan. Karakter shock absorber yang sedikit stiff juga membuat Blazer tidak limbung saat bermanuver.
Ketahanan kaki-kaki Blazer juga patut diacungi jempol. Mobil ini tidak mudah rusak, sehingga memberikan kepercayaan diri bagi pengemudi untuk menjelajah berbagai medan, termasuk jalan off-road. Bodi Blazer juga dikenal keras dan kokoh berkat penggunaan baja dua lapis yang tebal. Bahkan, ada cerita bahwa Blazer bisa dengan mudah merobohkan tembok tanpa mengalami kerusakan berarti.
Interior Mewah dengan Fitur Lengkap
Masuk ke dalam kabin, Opel Blazer menawarkan kemewahan khas mobil era 90-an. Desain interiornya cukup lengkap dengan tombol dan panel indikator yang mudah dijangkau. Lingkar kemudi berukuran besar khas mobil Amerika, serta panel instrumen yang tidak hanya menampilkan speedometer, tetapi juga termometer suhu mesin, volt meter, pengukur tekanan oli, hingga kompas digital.
Pada Blazer DOHC tipe LT, interiornya dilapisi kulit, CD changer, remote control untuk head unit, luggage cover di bagian bagasi, wood panel, hingga plakat berlapis emas yang menunjukkan nomor seri kendaraan. Kabin yang lapang dan peredaman khas mobil Eropa membuat pengalaman berkendara semakin nyaman.
Pintu Bagasi Belakang Unik
Salah satu ciri khas Opel Blazer yang unik adalah desain pintu bagasi belakangnya yang bisa dibuka terpisah (split door). Kaca belakang mobil bisa dibuka tanpa perlu membuka pintu bagasi, mirip dengan Honda CR-V generasi pertama. Desain ini tidak hanya memudahkan pengguna dalam mengakses barang bawaan, tetapi juga memberikan nilai fungsionalitas tersendiri.
Mesin Bertenaga Namun Bisa Di-Swap
Opel Blazer dibekali mesin racikan Holden Australia, yaitu SOHC dan DOHC dengan kubikasi 2.200 cc. Mesin 2.2 liter DOHC mampu menghasilkan tenaga 144 PS, sementara mesin 2.2 liter SOHC menghasilkan 140 PS. Sayangnya, mesin ini dianggap underpower untuk ukuran SUV, sehingga banyak pemilik Blazer yang melakukan swap engine dengan mesin diesel Isuzu Panther 2.500 cc.
Swap engine ini menjadi solusi untuk mendapatkan tenaga yang lebih besar. Mesin Isuzu Panther dengan kode 4JA1-L dikenal lebih bertenaga dan torsinya lebih besar. Pemasangan mesin ini pun terbilang plug and play, tidak memerlukan banyak ubahan, dan bahkan speedometer bawaan Panther pun ikut terpasang karena panel instrumen Blazer tidak sinkron dengan mesin diesel.
Kesimpulan
Opel Blazer adalah SUV tangguh yang sarat akan sejarah dan keunikan. Desainnya yang maskulin, kaki-kaki yang kokoh, interior yang mewah, serta fitur-fitur uniknya menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemar otomotif. Meskipun sempat dianggap sebagai mobil "boros" dan "penunggu bengkel", kini Opel Blazer justru menjadi buruan para kolektor dan penghobi SUV klasik. Kisah Blazer adalah bukti bahwa mobil legendaris akan selalu memiliki tempat di hati para penggemarnya.