Fenomena mobil diesel yang mengeluarkan asap hitam pekat, kerap dijuluki "cumi darat", kembali menjadi sorotan. Bukan tanpa alasan, modifikasi ekstrem yang dilakukan pada mesin diesel ini bukan hanya mengganggu estetika, tetapi juga menyimpan dampak serius bagi lingkungan dan kesehatan.

Istilah "cumi darat" muncul karena asap hitam yang mengepul dari knalpot menyerupai tinta yang dikeluarkan cumi-cumi saat terancam. Namun, di balik analogi yang terkesan unik, terdapat praktik modifikasi yang merusak sistem pembakaran mesin. Mobil-mobil seperti Toyota Kijang Innova diesel, yang dikenal irit bahan bakar pada awalnya, justru menjadi sasaran modifikasi ini.

Penyebab utama munculnya asap hitam adalah peningkatan debit solar yang masuk ke ruang bakar, penutupan saluran EGR (Exhaust Gas Recirculation), dan pelepasan catalytic converter. Akibatnya, pembakaran solar menjadi tidak sempurna dan menghasilkan sisa pembakaran berupa asap hitam yang kaya akan partikulat berbahaya. Semakin banyak solar yang tidak terbakar, semakin pekat pula asap yang dihasilkan.

Ironisnya, tren ini kerap dianggap sebagai gaya oleh sebagian kalangan, padahal dampak buruk yang ditimbulkannya sangat signifikan. Asap hitam yang dihasilkan mobil "cumi darat" adalah polutan udara yang sangat berbahaya. Partikulat halus (PM2.5) dalam asap ini dapat masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan berbagai masalah pernapasan, mulai dari iritasi hingga penyakit kronis seperti asma dan kanker paru-paru.

Lebih dari itu, emisi berlebihan dari kendaraan "cumi darat" turut berkontribusi pada masalah polusi udara yang semakin parah di perkotaan. Kondisi ini tentu sangat meresahkan, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan orang dengan penyakit pernapasan.

Pemerintah daerah dan aparat penegak hukum telah melakukan berbagai upaya untuk menindak para pelanggar aturan emisi ini. Namun, praktik modifikasi "cumi darat" masih saja ditemukan di jalanan. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat tentang dampak negatif dari modifikasi yang mereka lakukan.

Oleh karena itu, edukasi dan penegakan hukum yang lebih tegas sangat dibutuhkan untuk mengendalikan tren "cumi darat". Masyarakat perlu memahami bahwa modifikasi yang tidak bertanggung jawab tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga merusak lingkungan dan kesehatan orang lain.

Saatnya meninggalkan tren yang merusak ini. Pilihlah modifikasi yang bertanggung jawab dan tidak mengorbankan kualitas udara yang kita hirup. Ingat, udara bersih adalah hak kita semua.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini