Jakarta – Yamaha Jupiter Z generasi keempat, yang akrab disapa Jupiter Z Robot, memang menyimpan cerita unik dalam sejarah motor bebek di Indonesia. Lahir pada 2009, motor ini hadir dengan desain serba kotak, bak robot, yang sangat berbeda dengan pendahulunya. Namun, di balik penampilannya yang futuristik, tersimpan berbagai kontroversi yang membuatnya dijuluki sebagai produk gagal.
Lantas, apa yang sebenarnya membuat Jupiter Z Robot ini begitu kontroversial? Mari kita bedah lebih dalam.
Desain Futuristik yang Kontras
Jika Jupiter Z generasi sebelumnya dikenal dengan garis desain yang membulat, Jupiter Z Robot justru hadir dengan desain serba kaku. Lampu depan ganda berbentuk kotak, sayap 3D yang mengarah ke belakang, serta buritan meruncing dengan lampu LED, membuat motor ini tampak begitu berbeda. Desain ini memang terkesan sporty, namun juga menimbulkan perdebatan di kalangan penggemar motor bebek.
Panel indikatornya pun tak luput dari sentuhan futuristik, dengan dua aksen bulat untuk speedometer dan indikator lainnya. Sekilas, motor ini terlihat menjanjikan, namun sayangnya, kesan tersebut tak berlanjut ke performa.
Mesin Lebih Besar, Performa Justru Melorot
Jupiter Z Robot dibekali mesin 115 cc, lebih besar 5 cc dari generasi sebelumnya. Namun, peningkatan kubikasi ini tak berbanding lurus dengan peningkatan performa. Mesin 4 Langkah, 2 Valve SOHC berpendingin udara ini memang menjanjikan, namun kenyataannya, performanya justru mengecewakan.
Penggunaan kopling ganda model diafragma, seperti di mobil, menjadi salah satu penyebab utama penurunan performa. Kampas kopling yang hanya berjumlah 2 lembar membuat akselerasi motor ini menjadi kurang responsif. Tarikannya tidak segahar Jupiter Z ‘Burung Hantu’, dan kecepatan maksimalnya hanya mentok di kisaran 90 km/jam.
Ergonomi Bermasalah dan Komponen Ringkih
Tak hanya performa, ergonomi Jupiter Z Robot pun menjadi sorotan. Konsep sporty yang diterapkan pada motor bebek ini justru membuatnya kurang nyaman, terutama saat berboncengan. Posisi penumpang yang mudah melorot ke depan saat pengereman mendadak menjadi salah satu keluhan utama.
Masalah tak berhenti sampai di situ. Komponen mesin Jupiter Z Robot juga dikeluhkan cukup ringkih. Pegas gigi yang mudah patah dan rantai 415 yang tipis menjadi masalah yang sering ditemui. Rantai yang mudah aus dan rentan putus tentu sangat merepotkan pemiliknya.
Harga Bekas Anjlok Drastis
Akibat berbagai kekurangan tersebut, harga bekas Jupiter Z Robot anjlok drastis dibandingkan generasi sebelumnya. Di pasar motor bekas, motor ini bisa didapatkan dengan harga mulai dari Rp4 juta hingga Rp5,5 juta, jauh di bawah rivalnya seperti Honda Supra X 125.
Kesimpulan: Bukan Sekadar ‘Gagal’, Tapi Pembelajaran Berharga
Jupiter Z Robot mungkin dianggap sebagai salah satu produk gagal Yamaha. Namun, di balik kontroversi dan kekurangannya, motor ini juga memberikan pembelajaran berharga bagi industri otomotif. Kegagalan Jupiter Z Robot menjadi pengingat bahwa desain futuristik dan peningkatan kubikasi mesin tidak selalu menjamin kesuksesan. Kenyamanan, performa, dan kualitas komponen tetap menjadi faktor penting yang harus diperhatikan.
Meskipun begitu, bukan berarti Jupiter Z Robot tak punya nilai sama sekali. Bagi sebagian orang, motor ini tetap memiliki daya tarik tersendiri, terutama karena desainnya yang unik dan berbeda. Terlebih bagi mereka yang mencari motor bebek bekas dengan harga terjangkau.
Pada akhirnya, Jupiter Z Robot adalah sebuah contoh bahwa inovasi selalu memiliki dua sisi mata pisau. Ada kalanya, sebuah inovasi justru membawa pada kegagalan. Namun, dari kegagalan tersebut, kita dapat belajar dan melahirkan produk yang lebih baik di masa depan.