Jakarta – Toyota Harrier generasi kedua kembali mencuri perhatian di pasar mobil bekas. Mobil SUV yang dulunya berstatus CBU ini kini menjadi incaran para penggemar otomotif yang mencari kombinasi antara kemewahan, kenyamanan, dan performa yang mumpuni. Namun, sebelum memutuskan untuk meminang SUV ini, ada baiknya untuk menimbang kelebihan dan kekurangannya.

Harrier Gen 2 pertama kali mengaspal di Indonesia pada tahun 2003 melalui jalur Importir Umum (IU). Saat itu, dua varian mesin yang ditawarkan adalah 240G dengan mesin 2.400 cc dan 300G bermesin 3.000 cc V6. Seiring waktu, varian ini berkembang menjadi beberapa trim seperti 2.4 G, 3.0 G, dan L Premium. Posisi Harrier dalam lini produk Toyota sendiri berada di bawah SUV mewah Lexus RX, di mana keduanya dibangun dari platform yang sama.

Kelebihan yang Menggiurkan

Pesona Harrier generasi kedua sebagai mantan mobil premium masih terasa kuat. Interiornya menawarkan kenyamanan khas mobil mewah dengan ruang kabin yang lega, jok kulit yang empuk, serta fitur-fitur canggih seperti panoramic roof, jok elektrik, dan wood panel pada varian tertinggi, 240 L Premium.

Soal performa, varian 2.4 liter dianggap lebih bandel dan minim masalah. Mesin 2AZ-FE berkapasitas 2.400 cc yang digunakan pada Harrier ini juga identik dengan mesin yang populer pada Toyota Camry era awal 2000an, sehingga memudahkan dalam perawatan dan ketersediaan spare part. Pilihan transmisi otomatis tiptronic 4 percepatan juga memberikan pengalaman berkendara yang mulus.

Harga bekas Harrier Gen 2 pun kini semakin terjangkau, berkisar antara Rp 120 juta hingga Rp 250 juta, tergantung kondisi dan tahun pembuatan. Ini menjadikan Harrier sebagai opsi menarik bagi mereka yang ingin merasakan kemewahan SUV dengan budget terbatas.

Kekurangan yang Perlu Diwaspadai

Kendati demikian, ada beberapa kekurangan yang perlu menjadi pertimbangan sebelum membeli Harrier generasi kedua. Statusnya sebagai mobil CBU membuat material yang digunakan pada interior tidak sepenuhnya sesuai dengan iklim tropis Indonesia. Dasbor yang mudah retak akibat paparan sinar matahari adalah masalah umum yang sering dikeluhkan pengguna.

Selain itu, suspensi udara (air suspension) yang digunakan pada varian 3.0 juga menjadi perhatian khusus. Biaya perawatan suspensi udara ini cenderung mahal, dan komponennya juga rentan bermasalah terutama jika sering melewati jalan yang tidak rata. Ketersediaan sparepart suspensi udara pun juga tergolong langka dan mahal.

Harga sparepart secara umum untuk Harrier Gen 2 juga cukup tinggi karena statusnya sebagai mobil CBU dan bekas mobil premium. Pemilik juga perlu siap dengan biaya perawatan yang lebih mahal dibandingkan mobil Toyota lainnya karena usia kendaraan yang sudah tidak muda lagi.

Pilihan Bijak

Jika Anda tertarik dengan Toyota Harrier Gen 2, varian 2.4 liter dengan suspensi konvensional bisa menjadi pilihan yang lebih bijak. Selain lebih mudah perawatannya, biaya perbaikan suspensi juga lebih terjangkau. Selain itu, pastikan untuk memeriksa kondisi mobil secara menyeluruh sebelum memutuskan membeli, terutama bagian interior dan suspensi.

Toyota Harrier generasi kedua tetap menjadi pilihan menarik bagi mereka yang mencari SUV mewah dengan harga yang lebih terjangkau. Namun, calon pembeli perlu melakukan riset mendalam dan mempertimbangkan baik-baik kelebihan dan kekurangannya, terutama soal biaya perawatan dan ketersediaan spare part.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini