Jakarta – Honda BR-V generasi pertama hadir sebagai angin segar di segmen low SUV pada 2015. Mobil ini menawarkan kombinasi antara fungsionalitas ala Mobilio dan ketangguhan ala HR-V, membuatnya cukup dilirik di pasar otomotif Indonesia. Namun, di balik daya tariknya, tersimpan beberapa keluhan yang sering kali membuat pemiliknya merasa kurang puas.
Sebagai pendatang baru, BR-V hadir dengan berbagai keunggulan. Mesin bertenaga, transmisi CVT yang modern pada masanya, desain yang lebih sporty, dan fitur-fitur yang tak dimiliki kompetitor menjadi senjata utama. Sebut saja Vehicle Stability Control (VSC), push start button, dan AC digital. Tampilannya pun cukup gagah dengan headlamp model long shape dan over fender hitam yang mempertegas kesan SUV.
Namun, seiring waktu, berbagai keluhan mulai muncul dari para pemilik BR-V generasi pertama. Berikut beberapa poin yang kerap menjadi sorotan:
1. Kualitas Interior dan Peredaman Kabin Kurang Memuaskan:
Salah satu keluhan paling umum adalah kualitas bahan interior yang terasa kurang premium. Penggunaan plastik di dashboard dan doortrim dinilai murahan jika dibandingkan dengan kompetitornya. Selain itu, peredaman kabin juga kurang baik, sehingga suara dari luar masih cukup mengganggu saat berkendara dalam kecepatan sedang. Banyak pemilik yang akhirnya menambahkan peredam suara tambahan untuk meningkatkan kenyamanan. Busa jok bawaan pabrik juga dianggap kurang nyaman dan memerlukan upgrade.
2. Fitur Terlalu Banyak Dipangkas:
BR-V generasi pertama disebut-sebut sebagai model yang serba "nanggung" karena banyak fitur yang dipangkas. Beberapa fitur yang seharusnya ada, seperti tombol start-stop engine, justru absen. Selain itu, jumlah speaker yang hanya empat titik, lampu depan yang masih halogen, dan tidak adanya defogger kaca belakang juga menjadi catatan. Lampu belakang dengan garnish merah yang hanya sebagai pemanis tanpa penerangan juga dirasa kurang optimal.
3. Transmisi CVT Kurang Mumpuni di Tanjakan:
Meski memiliki mesin yang bertenaga, transmisi CVT pada BR-V dinilai kurang responsif saat menghadapi jalan menanjak. Pengemudi harus menginjak pedal gas lebih dalam dan memindahkan transmisi ke posisi S atau L untuk mendapatkan tenaga yang cukup. Penggunaan penggerak roda depan (FWD) juga membuat traksi kurang optimal di medan menanjak dan perbukitan.
4. Spesifikasi Mesin dan Performa Tak Jauh Beda dari Mobilio:
Mesin yang digunakan pada BR-V sebenarnya hampir identik dengan yang ada pada Mobilio. Tenaga yang dihasilkan pun hanya berbeda sedikit, hanya unggul 2 dk. Perbedaan ground clearance yang hanya 12 mm juga tak memberikan dampak signifikan untuk mobil ini dalam melewati medan yang cukup berat. Ini membuat BR-V terasa kurang optimal sebagai sebuah low SUV.
Harga Bekas Terjun Bebas:
Salah satu hal yang menarik dari BR-V generasi pertama adalah harga bekasnya yang cukup terjangkau. Di pasar mobil bekas, harga BR-V lansiran 2016 tipe E Prestige CVT bisa ditemukan mulai dari Rp140 jutaan. Harga ini memang menggiurkan, terutama bagi konsumen dengan anggaran terbatas. Namun, perlu diingat bahwa harga jual kembali yang terjun bebas ini juga menjadi salah satu alasan mengapa mobil ini kurang diminati di kalangan pedagang mobil bekas.
Kesimpulan:
Honda BR-V generasi pertama memang tampil gagah dan menawarkan fitur-fitur yang menarik di masanya. Namun, berbagai kekurangan, mulai dari kualitas interior, fitur yang dipangkas, hingga performa di tanjakan, membuat mobil ini menjadi kurang optimal. Meski begitu, harga bekas yang terjangkau bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang. Pembeli disarankan untuk mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan ini sebelum memutuskan untuk meminang BR-V bekas.