Jakarta – Mengemudikan mobil matik memang menawarkan kepraktisan, terutama dengan mode ‘D’ yang memudahkan pengemudi. Namun, kemudahan ini bisa menjadi bumerang saat menghadapi jalan menurun, khususnya turunan yang curam. Mengandalkan posisi ‘D’ dan rem secara terus-menerus bisa berakibat fatal.
Seorang mekanik dari bengkel spesialis transmisi otomatis, Ahmad, menjelaskan bahwa penggunaan posisi ‘D’ di turunan curam memang memungkinkan, namun sangat berisiko. "Boleh saja pakai ‘D’ kalau turunannya landai dan rem masih kuat menahan. Tapi kalau turunan curam, jangan harap rem bisa bekerja maksimal terus-menerus," ujarnya saat dihubungi, Rabu (8/1/2025).
Ahmad menambahkan, menginjak rem terus-menerus saat turunan akan memicu overheat pada sistem pengereman. Kondisi ini, jika dibiarkan, bisa menyebabkan rem blong, situasi yang sangat berbahaya. Alternatifnya, pengemudi bisa memanfaatkan engine brake, yakni menurunkan gigi transmisi untuk membantu memperlambat laju kendaraan.
"Memang, engine brake akan membuat kampas kopling matik lebih cepat aus. Tapi ini jauh lebih aman daripada mengandalkan rem saja. Overheat pada rem lebih berisiko menimbulkan kecelakaan," kata Ahmad.
Meski begitu, ia mengakui bahwa pergantian kampas kopling matik bisa lebih mahal dibanding kampas rem. "Kampas kopling matik itu paketnya mahal, harus overhaul transmisi. Bisa sampai jutaan rupiah. Sementara kampas rem kan lebih terjangkau," jelasnya.
Namun, Ahmad mengingatkan, bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama. "Memilih ganti kampas kopling lebih cepat, memang akan keluar biaya lebih. Tapi itu jauh lebih baik daripada mengalami rem blong dan celaka."
Oleh karena itu, ia menyarankan para pengemudi mobil matik untuk lebih bijak dalam menggunakan transmisi saat melintasi turunan curam. Jangan terlalu mengandalkan posisi ‘D’ dan rem, tapi manfaatkan juga engine brake dengan menurunkan gigi transmisi secara bertahap. Dengan begitu, risiko kecelakaan akibat rem blong bisa diminimalkan, meskipun harus mengorbankan sedikit umur kampas kopling.