Generasi 80-an dan 90-an pasti tak asing dengan nama Astrea. Lebih dari sekadar merek motor bebek, Astrea telah menjelma menjadi ikon sejarah otomotif Indonesia. Nama ini begitu lekat dengan citra motor Honda yang andal dan merakyat, seolah menjadi penanda bahwa motor tersebut dirakit di dalam negeri. Namun, tahukah Anda bahwa perjalanan Astrea menyimpan begitu banyak kisah menarik, dari model pertama hingga akhir hayatnya?
Semua bermula pada era 1980-an, ketika Honda masih diageni oleh Federal Motor. Saat itu, Honda C700 yang dikenal juga dengan nama Super Cub di Jepang, masuk ke Indonesia dan dirakit secara lokal. Lahirlah Honda Astrea 700, sebuah motor bebek dengan mesin mungil 70cc dan desain yang cukup sederhana. Meski begitu, Astrea 700 menjadi awal mula dominasi Honda di pasar motor bebek Indonesia.
Perjalanan Astrea terus berlanjut dengan hadirnya Astrea 800. Desainnya yang futuristik dengan bentuk kotak, sedikit berbeda dengan motor bebek pada umumnya. Meski tidak terlalu populer, Astrea 800 telah memperkenalkan teknologi yang cukup maju pada masanya, seperti pengapian CDI, indikator oli, hingga elektrik starter.
Kemudian muncullah Astrea Star pada 1985. Generasi ini menjadi penanda era motor bebek modern dengan desain dan fitur baru. Astrea Star juga menjadi generasi terakhir yang menggunakan swing arm pada roda depan, sebelum akhirnya digantikan suspensi teleskopik pada model selanjutnya.
Puncak popularitas Astrea terjadi pada era 90-an, ketika Astrea Prima hadir. Motor ini didesain khusus untuk pasar Asia Tenggara dan terbukti sangat sukses di Indonesia. Astrea Prima dikenal dengan mesinnya yang bertenaga, irit bahan bakar, mudah perawatannya, serta memiliki harga jual kembali yang tinggi. Bahkan, tenaga mesin Astrea Prima tidak jauh berbeda dengan mesin 125 cc injeksi modern saat ini.
Setelah Astrea Prima, muncul Astrea Grand yang lebih mengedepankan kenyamanan berkendara dibandingkan performa. Astrea Grand banyak digemari karena jok yang rata, suspensi empuk, serta cocok untuk perjalanan jauh.
Pada akhir 90-an, muncul generasi "Supra" yang menjadi pelopor bebek modern Honda. Astrea Supra hadir dengan desain yang lebih futuristik dan aksen lancip. Nama Supra hanya digunakan di Indonesia, sedangkan di negara lain, motor ini dikenal dengan nama Honda Wave.
Astrea Impressa hadir sebagai alternatif bagi mereka yang menginginkan motor dengan jok rata seperti Astrea Grand, namun dengan spesifikasi mesin baru ala Supra. Sementara itu, Supra X hadir dengan penyempurnaan berupa rem cakram depan.
Perjalanan Astrea kemudian ditutup oleh dua model terakhir yaitu Legenda 1 dan Legenda 2. Kedua model ini mempertahankan desain jok rata warisan Super Cub C70, namun dengan sentuhan modern. Astrea Legenda 2 menjadi akhir dari kiprah nama Astrea pada motor bebek Honda, sebelum akhirnya digantikan oleh model-model baru seperti Kirana dan Karisma.
Kisah Astrea memang telah usai, namun jejaknya tetap terukir dalam sejarah otomotif Indonesia. Lebih dari sekadar motor bebek, Astrea adalah bagian dari memori kolektif bangsa, sebuah simbol ketangguhan, keandalan, dan kesederhanaan yang telah mengantarkan jutaan orang Indonesia ke berbagai penjuru negeri. Dari jalanan desa hingga perkotaan, Astrea telah menemani perjalanan hidup banyak orang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya transportasi di Indonesia. Hingga kini, nama Astrea masih membekas di hati para penggemar otomotif tanah air, menjadi legenda yang tak lekang oleh waktu.