Jakarta – Honda Brio, si mungil yang lincah, telah menorehkan kisah panjang di pasar otomotif Indonesia. Lahir sebagai hatchback impor dari Thailand pada 2012, Brio awalnya hadir dengan mesin 1.3 liter, menjadi alternatif yang lebih ringkas di bawah bayang-bayang Honda Jazz. Namun, perjalanannya tak berhenti di sana.
Pada pertengahan 2013, Brio "turun kasta" dengan mesin 1.200 cc, menyasar segmen Low Cost Green Car (LCGC) yang menjanjikan. Langkah ini ternyata menjadi game changer. Brio 1.2L, termasuk varian RS dan Satya, disambut antusias oleh konsumen Indonesia, yang menggemari mobil perkotaan yang praktis dan efisien.
Evolusi Desain dan Dimensi
Perubahan signifikan terjadi pada generasi kedua Brio, yang meluncur pada ajang GIIAS 2018. Tampil dengan desain yang lebih menawan dan sporty, Brio generasi kedua berhasil mencuri perhatian, terutama di segmen LCGC. Jika diperhatikan, desain lampu depan, grille, dan kap mesinnya kini menyerupai Honda Mobilio, memberikan kesan yang lebih modern dan segar.
Tidak hanya tampilan, dimensi Brio pun ikut berubah. Honda memperpanjang jarak sumbu roda depan dan belakang sebanyak 60 mm, membuat ruang kabin belakang lebih lega. Sebagai perbandingan, Brio generasi pertama memiliki panjang 3.610 mm, lebar 1.680 mm, dan tinggi 1.470 mm. Sementara itu, Brio generasi kedua hadir dengan dimensi yang lebih besar: panjang 3.815 mm, lebar 1.680 mm, dan tinggi 1.485 mm.
Peningkatan ukuran juga berdampak pada ruang bagasi. Keluhan pengguna Brio generasi pertama tentang bagasi yang kecil terjawab dengan peningkatan volume bagasi hingga 84 liter. Brio generasi kedua kini memiliki total luas bagasi 258 liter, cukup untuk membawa dua koper sedang dan satu kereta bayi.
Desain pintu belakang juga mengalami perubahan radikal. Jika pada generasi pertama pintu belakang didominasi kaca, kini desainnya lebih konvensional dengan plat bodi. Bukaan pintu bagasi juga dibuat 15 persen lebih lebar, memudahkan akses keluar masuk barang.
Fitur Cukup, Performa Tetap Unggul
Meski masuk kategori LCGC, fitur yang disematkan pada Brio tidak bisa dianggap remeh. Varian Satya tipe E sudah dilengkapi AC model digital yang lebih modern dan mudah dioperasikan. Fitur pencahayaan pada instrumen cluster memberikan kesan mewah saat pertama kali masuk mobil. Head unit 2DIN Pioneer FH-S505BT hadir dengan fitur hiburan lengkap, dari MP3 hingga USB port, membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan.
Performa mesin Brio tetap menjadi andalan. Menggunakan mesin 1.2L SOHC 4 silinder segaris i-VTEC+DBW, Brio mampu menghasilkan tenaga 90 PS pada 6.000 rpm dan torsi 110 Nm pada 4.800 rpm. Meski mesinnya mirip dengan generasi sebelumnya, ada penyesuaian pada rasio bukaan katup (exhaust delay) untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar.
Konsumsi bahan bakar Brio juga tergolong irit. Dengan teknologi i-VTEC, Brio mampu mencapai konsumsi bahan bakar hingga 30 km/liter, menjadikannya pilihan ideal untuk mobilitas sehari-hari.
Dari sisi keselamatan, Brio juga tidak main-main. Fitur seperti Dual SRS Airbags, Pretensioner Seatbelt dengan Load Limiter, Side Impact Beam, dan Pedestrian Protection memberikan perlindungan maksimal bagi pengemudi dan penumpang. Teknologi G-Force Control +ACE juga hadir untuk meredam dan melindungi kabin saat terjadi benturan.
Kesimpulan
Honda Brio telah bertransformasi dari hatchback impor menjadi raja LCGC di Indonesia. Dengan desain yang lebih segar, dimensi yang lebih lapang, fitur yang cukup, dan performa mesin yang irit, Brio terus menjadi pilihan favorit bagi konsumen yang mencari mobil perkotaan yang praktis, stylish, dan efisien. Brio bukan hanya sekadar mobil, tetapi juga representasi gaya hidup yang dinamis.