Jakarta – Honda Brio, nama yang tak asing lagi di telinga pecinta otomotif Indonesia. Lebih dari sekadar city car, Brio telah menjelma menjadi ikon mobilitas perkotaan yang digemari berbagai kalangan. Perjalanan panjangnya di Indonesia, sejak debut pada akhir 2012, menyimpan kisah evolusi menarik.
Awal kemunculannya, Brio hadir sebagai opsi yang lebih terjangkau dibanding Honda Jazz, menyasar segmen konsumen yang mencari mobil kompak, irit, dan lincah di jalanan kota. Dua varian pertama yang diperkenalkan menjadi fondasi bagi kiprah Brio di pasar otomotif nasional.
Desain mungil dan kompak menjadi daya tarik utama. Brio generasi pertama, yang didatangkan utuh dari Thailand (CBU), tampil dengan ciri khas lampu utama besar, gril krom, dan pintu bagasi kaca yang unik. Perbedaan antara tipe E (tertinggi) dan S (terendah) terlihat pada detail seperti handle pintu dan spion sewarna bodi pada tipe E, serta penggunaan velg alloy. Interiornya menawarkan ruang kabin yang cukup lega dan nyaman, terutama bagi penumpang baris kedua.
Mesin 1.339 cc dengan tenaga 99 hp menjadi jantung pacu Brio generasi awal, dipadukan dengan pilihan transmisi manual dan otomatis 5 percepatan. Fitur keselamatan seperti ABS, EBD, dan airbag juga telah disematkan, menjadikannya kompetitif di kelasnya.
Setahun kemudian, Honda kembali memperkenalkan Brio 1.2 yang lebih terjangkau, termasuk varian Brio Satya untuk menyasar segmen Low Cost Green Car (LCGC). Meskipun varian 1.3 harus dihentikan produksinya karena kendala impor, Brio 1.2 dan Satya terus menjadi primadona. Perbedaan antara Brio 1.2 dan Satya terletak pada transmisi, dimana Satya hanya tersedia transmisi manual. Mesin 1.198 cc dengan tenaga 89 hp menjadi andalan di kedua varian ini. Fitur keselamatan juga disesuaikan, dimana Satya hanya dilengkapi airbag tanpa ABS dan EBD.
Tiga tahun berlalu, Honda memberikan sentuhan segar pada Brio. Facelift dilakukan dengan pembaruan pada desain eksterior, seperti bumper depan yang lebih modern, serta interior yang lebih mewah dengan panel instrumen yang minimalis dan AC digital. Selain itu, varian tertinggi Brio RS turut diperkenalkan, menawarkan tampilan yang lebih sporty dan fitur yang lebih lengkap. Yang menarik, transmisi otomatis 5 percepatan diganti dengan CVT, dan akhirnya Brio Satya pun mendapatkan transmisi CVT.
Tak berhenti sampai di situ, Honda kembali membuat gebrakan dengan menghadirkan Brio generasi kedua. Perubahan signifikan terlihat pada desain eksterior, terutama bagian belakang yang kini menggunakan pintu bagasi konvensional, menggantikan pintu bagasi kaca pada generasi sebelumnya. Hal ini juga berdampak pada peningkatan kapasitas bagasi.
Model Brio generasi kedua hadir dalam tiga varian, yakni Brio Satya tipe S dan E, serta Brio RS. Perbedaan interior terletak pada warna dan aksen, di mana Brio Satya cenderung lebih cerah, sementara Brio RS tampil lebih sporty dengan aksen oranye. Mesin tetap sama, berkapasitas 1.198 cc dengan tenaga 89 hp, namun transmisi CVT sudah menjadi standar untuk tipe E hingga RS, meskipun tipe S tetap menggunakan transmisi manual.
Honda juga menghadirkan varian Urbanite Edition dengan bodykit dan warna hitam pada atap serta spion, menambah daya tarik bagi konsumen yang mencari tampilan Brio yang lebih unik dan modern.
Perjalanan panjang Honda Brio di Indonesia telah membuktikan bahwa mobil ini bukan sekadar city car biasa. Dengan berbagai evolusi dan inovasi, Brio terus beradaptasi dengan kebutuhan dan selera konsumen, menjadikannya salah satu pilihan utama di pasar otomotif Tanah Air.