Jakarta – Pasar mobil listrik premium di China mulai menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Meski awalnya menjanjikan, kini para pabrikan mobil listrik premium harus berhadapan dengan kenyataan bahwa minat konsumen tak sebanding dengan ekspektasi. Fenomena ini memicu pergeseran strategi dan memaksa produsen untuk berpikir ulang mengenai model bisnis mereka.

Sejumlah merek mobil listrik asal China, baik yang berlabel mewah maupun umum, sebelumnya berlomba-lomba memasuki segmen premium dengan harga di atas 300 ribu yuan atau sekitar Rp 670 juta. Merek-merek seperti Xpeng, Nio, dan BYD turut meramaikan persaingan dengan berbagai inovasi dan keunggulan masing-masing. Namun, antusiasme pasar ternyata tak sesuai harapan.

"Saya rasa produsen mobil akan lebih fokus pada peningkatan model yang sudah ada ketimbang meluncurkan model premium baru pada tahun 2025," ungkap Phate Zhang, Pendiri CnEVPost, memberikan pandangannya. Ia menambahkan bahwa segmen premium tidak mudah dikembangkan, apalagi dengan adanya perlambatan pasar mobil listrik secara keseluruhan.

Data Asosiasi Mobil Penumpang China (CPCA) menunjukkan, kendaraan premium hanya menyumbang 10 persen dari total penjualan mobil listrik di China. Angka ini memang tidak terlalu buruk, tetapi pertumbuhan penjualannya terus melambat. Ini menjadi alarm bagi para pemain di segmen tersebut.

Perang harga yang semakin tak terkendali juga menjadi salah satu faktor yang mempersulit masuknya pemain baru ke pasar. Banyak perusahaan yang mengalami kerugian besar karena sulit bersaing dan membuktikan daya saing produknya. Hal ini diperparah dengan kondisi pasar yang mulai jenuh dan tidak lagi menerima produk baru dengan antusiasme yang sama seperti sebelumnya.

Beberapa merek lokal sudah merasakan dampak dari perlambatan ini. Human Horizons, misalnya, mengajukan kebangkrutan pada Agustus lalu setelah penjualan mobil listrik premiumnya di tahun 2023 kurang dari 8.000 unit. Sementara itu, merek EV Jiyue milik Geely juga dikabarkan berada di ambang kehancuran.

Lantas, apa yang bisa dilakukan para pabrikan mobil listrik premium untuk keluar dari situasi sulit ini? Jawabannya kemungkinan terletak pada perubahan strategi. Daripada terus membanjiri pasar dengan model-model baru yang belum tentu diminati, mereka perlu berfokus pada peningkatan kualitas dan fitur pada model yang sudah ada. Selain itu, menargetkan segmen pasar yang lebih spesifik dan mengembangkan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan preferensi konsumen juga menjadi kunci.

Pergeseran fokus ke pasar yang lebih luas juga bisa menjadi alternatif. Mungkin saja, segmen mobil listrik dengan harga yang lebih terjangkau bisa menjadi lahan yang lebih subur untuk pertumbuhan. Dengan demikian, para produsen tidak lagi terpaku pada segmen premium yang permintaannya mulai melambat.

Kisah mobil listrik premium di China ini menjadi pengingat bahwa inovasi dan teknologi saja tidak cukup untuk menjamin kesuksesan. Pemahaman yang mendalam terhadap dinamika pasar, preferensi konsumen, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan juga menjadi faktor penting yang menentukan keberhasilan sebuah perusahaan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini