Denpasar – Ikatan Motor Indonesia (IMI) di bawah kepemimpinan Bambang Soesatyo (Bamsoet) menunjukkan komitmennya dalam melestarikan warisan otomotif bangsa. Pelantikan pengurus pusat Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PP-PPMKI) periode 2024-2027, dengan Jos Dharmawan sebagai ketua umum, menjadi momentum penting dalam upaya ini. Lebih dari sekadar ajang hobi, pelestarian mobil kuno kini didorong untuk memberikan kontribusi signifikan terhadap budaya, sosial, dan ekonomi.
Bamsoet, yang juga merupakan Anggota DPR RI, menegaskan bahwa mobil kuno bukan sekadar barang antik, melainkan juga cerminan perjalanan peradaban Indonesia. Dari era Hindia Belanda hingga pendudukan Jepang, mobil-mobil tersebut menyimpan kisah sejarah yang patut dijaga. "Dengan kepengurusan baru ini, kami berharap PPMKI dapat menjadi lokomotif pelestarian kendaraan kuno," ujar Bamsoet dalam acara pelantikan yang digelar di Blackstone Villa Bali, Jumat (3/1/25) malam.
Data sejarah mencatat, mobil-mobil awal yang masuk ke Indonesia berjumlah terbatas, sekitar 500 unit antara 1895-1930. Sebagian besar merupakan milik saudagar perkebunan, pedagang, atau orang Belanda yang bermukim di berbagai kota besar. Baru pada 1920, orang Indonesia diperbolehkan memiliki mobil, dan jumlahnya pun melonjak hingga 51.615 unit pada tahun 1939.
Bamsoet menekankan pentingnya peran komunitas penggemar mobil kuno dalam melestarikan aset bersejarah ini. Ia mengajak anggota PPMKI untuk memperkuat ikatan, berbagi pengalaman restorasi, serta membangun jaringan yang solid. Pameran dan touring mobil kuno, menurutnya, adalah sarana efektif untuk edukasi dan kolaborasi. "Pertemuan ini bukan hanya ajang hobi, tetapi juga momen untuk mempererat persahabatan dan saling mendukung," tambahnya.
Lebih jauh, Bamsoet melihat pelestarian mobil kuno memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Proses restorasi dan perawatan memerlukan keahlian khusus, membuka lapangan kerja bagi mekanik dan ahli restorasi. Industri aftermarket seperti penyedia suku cadang dan aksesori pun turut terdongkrak. Event otomotif yang melibatkan mobil kuno juga dapat menarik wisatawan dan meningkatkan pendapatan daerah.
"Mobil kuno bukan sekadar kendaraan, tetapi juga simbol gaya hidup pada masanya," jelas Bamsoet, mencontohkan Volkswagen Kombi dan Ford Mustang yang populer di era 1960-an hingga 1980-an. Dengan demikian, pelestarian mobil kuno tidak hanya menjaga sejarah, tetapi juga menggerakkan roda ekonomi.
Bamsoet berharap PPMKI dan seluruh anggotanya dapat berperan aktif dalam mewujudkan visi ini, yakni menjadi komunitas yang tidak hanya mencintai mobil kuno, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi bangsa. Pelantikan pengurus baru ini diharapkan menjadi langkah awal dalam perjalanan yang lebih besar menuju pelestarian warisan otomotif Indonesia.
Acara pelantikan tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk pengurus IMI Pusat, Ketua IMI Provinsi Bali Ajik Krisna, Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, serta jajaran pengurus PPMKI pusat dan daerah. Kehadiran mereka menunjukkan dukungan kuat terhadap upaya pelestarian mobil kuno di Indonesia.