Motor sport naked Honda Tiger Revo, bagi para bikers era 2000-an, bukan sekadar kendaraan. Ia adalah simbol kejayaan, mesin yang gagah, dan lambang status. Lebih dari sekadar alat transportasi, Tiger Revo mewakili sebuah era, masa ketika mesin 200cc dianggap monster jalanan dan impian setiap pria. Mari kita telusuri kisah si macan jalanan ini, dari masa keemasan hingga statusnya kini sebagai barang koleksi bernilai tinggi.
Si Macan Penakluk Jalanan
Honda Tiger, atau GL200, pertama kali mengaspal pada 1993 dengan nama Tiger 2000. Ia langsung mencuri perhatian karena desainnya yang gagah dan mesinnya yang bertenaga. Sebelum kehadiran CBR250RR, Tiger adalah motor Honda termahal, sebuah penanda kemewahan di jalanan. Kenyamanan menjadi salah satu nilai jual utama. Postur berkendara yang tegak dan jok empuk membuat Tiger ideal untuk perjalanan jauh.
Puncak evolusinya hadir pada Tiger Revo. Perubahan desain total membuatnya tampak lebih modern dan kekar. Headlamp, panel meter, shroud, lampu belakang, semuanya berubah. Tangki bensin bersayap dengan desain tajam, tambahan visor mini, dan lampu LED belakang, membuat Tiger Revo terlihat mewah layaknya moge.
Kontroversi "Mata Picek" dan Kebangkitan Kolektor
Namun, tidak semua perubahan diterima dengan baik. Tiger Revo hadir dalam dua versi: single headlamp dan dual headlamp. Versi dual headlamp yang asimetris, dengan lampu utama bulat dan lampu jauh persegi, justru menuai kritik. Desain yang dianggap aneh dan tidak proporsional membuatnya mendapat julukan "Mata Picek."
Banyak bikers tetap setia pada desain lampu bulat. Akibatnya, populasi Tiger Revo dual headlamp lebih sedikit. Tapi siapa sangka, justru kelangkaan inilah yang kini membuatnya menjadi buruan kolektor. Tiger Revo "Mata Picek", yang dulunya dianggap gagal, kini menjelma menjadi salah satu model Tiger yang paling dicari.
Performa dan Keunggulan yang Tetap Terasa
Meskipun mengalami penurunan tenaga dibandingkan pendahulunya, Tiger Revo tetap memiliki daya tarik. Mesin 196,9 cc, SOHC 4 langkah berpendingin udara mampu menghasilkan tenaga 16,7 PS. Transmisi 6-speed menjadi keunggulan lain, memberikan pengalaman berkendara yang lebih menyenangkan, terutama saat touring. Teknologi yang sederhana juga memudahkan perawatan, nilai tambah bagi para pemilik yang gemar melakukan perjalanan jauh.
Masalah Klasik, Solusi Modern
Tentu saja, Tiger Revo tidak sempurna. Tangki bensin yang mudah keropos menjadi masalah klasik. Ini diakibatkan material logam tangki yang kurang awet dan kebiasaan pemilik yang jarang mengisi bensin hingga penuh. Solusinya adalah melapisi bagian dalam tangki dengan resin untuk mencegah korosi. Masalah lain adalah gear set yang berisik, yang bisa diatasi dengan substitusi menggunakan milik Honda Mega Pro. Rantai keteng yang lemah juga sering menjadi keluhan, yang bisa diselesaikan dengan mengganti tensioner dengan produk aftermarket yang lebih kuat.
Harga Gelap dan Status Kolektor
Harga pasaran Tiger Revo, terutama yang dalam kondisi orisinal, bisa dibilang "gelap." Lebih ditentukan oleh kondisi fisik dan kelengkapan surat, daripada tahun produksi. Kondisi mulus, orisinal, dan surat lengkap adalah kunci untuk mendapatkan harga tinggi. Bahkan, beberapa unit Tiger Revo "Mata Picek" bisa menembus angka Rp18 juta, sebuah nilai yang fantastis untuk motor bekas 200cc.
Lebih dari Sekadar Motor
Honda Tiger Revo bukan sekadar motor. Ia adalah bagian dari sejarah dunia otomotif Indonesia. Dari idola jalanan hingga menjadi buruan kolektor, kisah Tiger Revo adalah perjalanan yang penuh liku. Ia mengingatkan kita akan masa-masa ketika motor sport 200cc adalah simbol kejayaan, dan bagaimana sebuah kegagalan desain justru bisa menjadi keunikan yang bernilai tinggi. Bagi para penggemar, Tiger Revo bukan hanya kendaraan, melainkan warisan yang patut dilestarikan.