Honda Tiger, sebuah nama yang melegenda di kalangan pecinta motor sport Indonesia. Lebih dari sekadar motor, Tiger menjelma menjadi simbol status dan impian kaum muda era 90-an. Kisah panjangnya, dari debut sebagai "super cruiser" hingga akhir hayatnya di era injeksi, layak untuk dikenang.
Lahirnya Sang Legenda: Generasi Awal (1993-2002)
Tahun 1993 menjadi saksi lahirnya Honda Tiger, yang kala itu diberi kode GL 200. Motor ini hadir dengan konsep yang berbeda dari motor sport kebanyakan pada masanya. Desainnya yang kekar, berotot, dan jauh dari kesan "ramping" langsung mencuri perhatian. Julukan "moge look" pun melekat, mengukuhkan posisinya sebagai motor impian.
Generasi pertama ini dikenal dengan logo "Tiger 2000" di tangki, awalnya berupa stiker sebelum kemudian diganti emblem emboss. Perbedaan lain antara awal dan akhir produksi adalah warna batok lampu dan pilihan velg. Awalnya hanya tersedia velg jari-jari, lalu muncul opsi velg racing palang enam. Pilihan warna pun beragam, mulai dari merah marun hingga kuning, menambah daya pikat motor ini.
Evolusi Desain: Generasi Kedua (2002-2006)
Memasuki tahun 2002, Honda Tiger mengalami penyegaran. Perubahan paling kentara terlihat pada lampu belakang yang kini menggunakan dua bohlam berjajar horizontal. Lampu depan juga mengadopsi reflektor diamond-cut dengan tambahan visor pada batok.
Behel belakang yang sebelumnya terpisah, kini menyatu. Shockbreaker belakang juga mendapat sentuhan baru dengan penambahan reservoir oli. Perubahan lainnya adalah warna indikator speedometer dan logo yang kini berupa stiker bertuliskan "Tiger". Teknologi SASS (Secondary Air Supply System) juga mulai diterapkan untuk menekan emisi gas buang. Hadirnya pilihan warna dual tone semakin mempercantik tampilan motor ini.
Modernisasi dan Akhir Kisah: Generasi Ketiga (2006-2013)
Tahun 2006, Honda Tiger berevolusi menjadi Tiger Revo. Desainnya semakin modern dan jauh meninggalkan generasi sebelumnya. Bentuk tangki, shroud, knalpot, hingga lampu belakang berubah total. Tagline "New Revolution Cruiser" menandai era baru Tiger.
Tiger Revo hadir dengan shockbreaker tabung dan behel belakang terpisah layaknya tanduk. Teknologi SASS tetap dipertahankan. Versi facelift hadir dengan tiga periode: Legendary Ride, asymmetric lamp, dan terakhir single lamp.
Periode Legendary Ride membawa perubahan signifikan pada headlight, panel meter, shroud, tail light, dan muffler heat protector. Sistem pengereman juga ditingkatkan dengan cakram di roda depan dan belakang. Lampu belakang mengadopsi kombinasi LED (rem) dan bohlam (senja) dengan desain mika kombinasi. Pada masa ini juga hadir lampu depan asymmetric yang kemudian ditinggalkan karena kurang diminati, dan kembali ke opsi lampu bulat single lamp.
Varian warna pun terinspirasi dari nama-nama gunung di Indonesia dan dunia. Namun, perjalanan panjang Tiger harus berakhir pada tahun 2013. Aturan emisi gas buang yang semakin ketat menjadi penyebab utama dihentikannya produksi motor legendaris ini. Mesin GL Series yang dianggap kuno dan sulit bersaing di era injeksi modern, akhirnya harus rela menyerah pada perkembangan zaman.
Warisan dan Kenangan
Meskipun sudah tidak diproduksi lagi, Honda Tiger tetap menjadi legenda di hati para penggemarnya. Lebih dari sekadar motor, Tiger adalah simbol kejayaan era 90-an, motor impian yang menemani masa muda banyak orang. Desainnya yang khas, performanya yang tangguh, dan kenangan manis yang menyertainya, akan selalu dikenang sebagai salah satu ikon otomotif Indonesia.