Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan truk masih menjadi momok menakutkan di jalan raya Indonesia. Bukan sekadar insiden biasa, truk kerap kali menjadi penyebab kecelakaan maut yang merenggut nyawa. Ironisnya, armada yang seharusnya menjadi tulang punggung logistik justru menjelma menjadi ‘pencabut nyawa’ di jalan. Mengapa hal ini terus berulang dan bagaimana solusinya?

Akar Masalah yang Mengakar Kuat

Pengamat transportasi mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor utama yang menyebabkan truk menjadi sangat berbahaya. Pertama, kondisi kendaraan yang tidak laik jalan. Banyak truk yang beroperasi dengan kondisi mesin dan sistem pengereman yang sudah uzur dan tidak terawat. Hal ini jelas sangat membahayakan, terutama saat harus bermanuver atau melakukan pengereman mendadak.

Kedua, praktik overdimension overload (ODOL) atau kelebihan dimensi dan muatan yang masih marak terjadi. Truk yang mengangkut muatan melebihi kapasitas bukan hanya merusak jalan, tetapi juga sangat berisiko tinggi menyebabkan kecelakaan. Beban berlebih membuat truk sulit dikendalikan, terutama saat melewati jalan menurun atau berbelok.

Ketiga, dan tak kalah penting, adalah faktor kompetensi pengemudi. Banyak pengemudi truk yang ternyata tidak memiliki keahlian dan pengetahuan yang memadai terkait keselamatan berkendara. Bahkan, sebagian dari mereka diduga memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM) tanpa melalui pelatihan yang memadai.

Lemahnya Pengawasan dan Koordinasi Lintas Sektor

Ironisnya, upaya penertiban truk ODOL yang telah dimulai sejak 2017 masih belum membuahkan hasil maksimal. Hal ini disebabkan oleh penolakan dari beberapa pihak dan kurangnya dukungan lintas kementerian dan asosiasi pengusaha. Alih-alih mencari solusi, justru ada kekhawatiran berlebihan mengenai dampak inflasi jika praktik ODOL dihentikan.

Kondisi ini memperlihatkan lemahnya koordinasi antarinstansi pemerintah dan kurangnya keseriusan dalam menindak praktik yang jelas membahayakan keselamatan. Pemerintah seolah hanya bertindak reaktif saat terjadi kecelakaan, namun lupa untuk melakukan tindakan pencegahan yang terencana dan berkelanjutan.

Faktor Manusia: Kelelahan dan Kompetensi Pengemudi

Selain faktor teknis, masalah lain yang tak kalah penting adalah faktor manusia. Data menunjukkan bahwa kelelahan menjadi salah satu penyebab utama kecelakaan truk. Jam kerja yang panjang, waktu istirahat yang tidak memadai, dan tekanan target pengiriman seringkali memaksa pengemudi memaksakan diri berkendara dalam kondisi fisik dan mental yang tidak prima.

Selain itu, mekanisme penerbitan SIM B1/B2 juga perlu dievaluasi. Banyak pengemudi yang ternyata belum memiliki kompetensi yang cukup untuk mengemudikan truk besar. Pelatihan defensive driving training (DDT) yang seharusnya menjadi syarat wajib, nyatanya belum efektif menjamin keselamatan.

Solusi Mendasar untuk Mencegah Tragedi Berulang

Untuk menghentikan siklus kecelakaan truk yang terus berulang, dibutuhkan langkah-langkah konkret dan terintegrasi. Pertama, pemerintah harus tegas menindak praktik ODOL dan meningkatkan pengawasan terhadap kendaraan yang tidak laik jalan. Penerapan teknologi dan sistem monitoring yang lebih canggih bisa menjadi solusi.

Kedua, perbaikan sistem penerbitan SIM B1/B2 harus dilakukan secara menyeluruh. Pelatihan dan uji kompetensi bagi pengemudi harus distandarisasi dan dilaksanakan secara ketat. Program pelatihan defensive driving harus diwajibkan dan dievaluasi secara berkala.

Ketiga, perusahaan angkutan juga harus bertanggung jawab dengan memberikan kondisi kerja yang layak bagi pengemudi. Jam kerja dan waktu istirahat harus diatur dengan baik agar tidak memicu kelelahan. Gaji dan tunjangan yang memadai juga menjadi faktor penting untuk meningkatkan kualitas pengemudi.

Keempat, masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan di jalan raya. Tidak memaksakan pengemudi untuk mengejar target yang tidak realistis.

Pemerintah Harus Bertindak Cerdas dan Terencana

Pemerintah tidak boleh lagi bertindak reaktif dan hanya berteriak saat terjadi masalah. Sudah saatnya pemerintah bertindak cerdas dan terencana dengan melibatkan semua pihak terkait. Jika sudah ada upaya maksimal namun kecelakaan masih terjadi, barulah kita bisa katakan itu nasib. Namun, jika kondisi pembiaran terus terjadi, pemerintah harus bertanggung jawab penuh.

Keselamatan di jalan raya adalah tanggung jawab bersama. Dengan kolaborasi yang kuat dan komitmen yang tinggi, kita bisa mewujudkan jalan raya yang aman bagi semua pengguna, dan menjadikan truk sebagai penggerak ekonomi yang tidak membahayakan nyawa.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini