Mobil listrik Wuling Bingo tengah menjadi sorotan di pasar ASEAN, termasuk Vietnam. Menariknya, harga mobil listrik perkotaan ini di Vietnam jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan versi yang dipasarkan di Indonesia, yaitu BinguoEV. Perbedaan harga yang signifikan ini memicu pertanyaan, apa saja faktor yang memengaruhinya?
Wuling Vietnam menawarkan empat varian Bingo berdasarkan jarak tempuh, yaitu 203 km, 333 km, 410 km, dan 510 km. Harga yang ditawarkan pun sangat kompetitif, dimulai dari 349.000.000 VND atau setara Rp 220 jutaan untuk varian 203 km hingga 569.000.000 VND atau sekitar Rp 360 jutaan untuk varian 510 km.
Jika dibandingkan dengan harga Wuling BinguoEV di Indonesia, selisihnya cukup mencolok. Sebagai contoh, Wuling BinguoEV tipe Long Range AC dengan jarak tempuh 333 km dijual sekitar Rp 317 jutaan, sementara Wuling Bingo dengan jarak tempuh yang sama hanya dibanderol Rp 252 jutaan. Ini berarti ada selisih harga sekitar Rp 65 juta. Perbedaan ini juga berlaku untuk varian lainnya. Untuk tipe termahal, yaitu BinguoEV 410 km premium range AC/DC dijual Rp 372 jutaan, sedangkan Wuling Bingo 410 km hanya Rp 296 jutaan. Selisihnya bahkan lebih besar, yaitu Rp 76 jutaan.
Tentu saja, perbedaan harga ini menimbulkan pertanyaan. Salah satu faktor yang sering kali memengaruhi harga mobil adalah pajak. Di Indonesia, Wuling BinguoEV mendapatkan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari pemerintah. Yang seharusnya dibebankan PPN 11%, pada tahun 2024 hanya dikenakan PPN 1%. Hal ini tentu saja membantu menekan harga jual mobil listrik ini.
Di sisi lain, Vietnam juga baru saja melakukan penurunan PPN dari 10% menjadi 8% sebagai upaya untuk menggerakkan perekonomian. Namun, tampaknya insentif ini belum cukup untuk membuat harga Wuling Bingo di Vietnam sama dengan harga BinguoEV di Indonesia.
Lantas, mengapa bisa terjadi perbedaan harga yang signifikan? Kemungkinan besar, ada beberapa faktor lain yang turut memengaruhi, seperti biaya produksi, logistik, dan kebijakan impor di masing-masing negara. Selain itu, strategi pemasaran dan target pasar juga bisa menjadi pertimbangan utama Wuling dalam menentukan harga di Vietnam dan Indonesia.
Perbedaan harga ini tentu menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen yang tengah mencari mobil listrik perkotaan. Wuling Bingo di Vietnam menawarkan opsi yang lebih terjangkau dengan pilihan jarak tempuh yang bervariasi. Sementara itu, Wuling BinguoEV di Indonesia, meskipun lebih mahal, tetap menjadi pilihan yang menarik dengan dukungan insentif pajak dan jaringan layanan yang sudah tersedia.
Persaingan di pasar mobil listrik semakin memanas, dan konsumen tentu akan diuntungkan dengan adanya pilihan yang beragam. Bagaimana tren harga mobil listrik di kedua negara ini akan berkembang ke depan? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.