Jakarta – Era digital memang memudahkan banyak hal, termasuk navigasi saat berkendara. Aplikasi peta digital seperti Google Maps menjadi andalan pengemudi, khususnya saat menjelajah rute baru. Namun, insiden demi insiden kendaraan tersesat akibat terlalu bergantung pada peta digital kembali terjadi, menunjukkan bahwa kewaspadaan pengemudi tetap tak tergantikan.
Beberapa waktu lalu, dua bus pariwisata berisi puluhan wisatawan asal Surabaya nyasar di jalur hutan Wonogiri, Jawa Tengah. Mereka sedianya hendak menuju Pantai Klayar di Pacitan, Jawa Timur, namun justru terjebak di jalanan yang jauh dari kata layak. Sebelumnya, bus lain yang mengangkut rombongan calon pendaki Gunung Sumbing juga mengalami nasib serupa. Alih-alih sampai di basecamp, bus tersebut malah terperosok di jalanan pertanian di Wonosobo. Kedua kasus ini menjadi pengingat betapa pentingnya peran pengemudi dalam mengambil keputusan di jalan.
Pakar keselamatan berkendara, Sony Susmana, mengingatkan bahwa aplikasi peta digital sebaiknya hanya digunakan sebagai referensi. "Aplikasi penunjuk arah itu sebaiknya digunakan untuk memudahkan saja, sebagai panduan awal, bukan untuk diikuti 100%," tegasnya. Menurut Sony, pengemudi yang berpengalaman biasanya akan lebih mengandalkan insting dan pengetahuan mereka tentang rute yang akan dilewati.
"Pengemudi, terutama yang masih baru, seringkali terlalu percaya pada aplikasi. Padahal, pengalaman di jalan dan kemampuan mengambil keputusan itu yang lebih utama," lanjutnya. Ia menekankan, jika jalan yang ditunjukkan peta dirasa tidak masuk akal, jangan ragu untuk berhenti dan mencari alternatif lain. Kontak orang yang dituju untuk menggeser titik temu juga bisa menjadi solusi.
Sementara itu, Marcell Kurniawan dari The Real Driving Center (RDC) memberikan tips praktis untuk meminimalisir risiko tersesat. "Sebelum berangkat, sebaiknya pelajari dulu rute yang disarankan peta digital. Lihat kondisi jalannya lewat foto yang tersedia di aplikasi," ujarnya. Ia juga menyarankan untuk selalu memperbarui informasi peta saat istirahat di perjalanan. "Kalau rute berubah, segera pelajari lagi," imbuhnya.
Lebih lanjut, Marcell menekankan pentingnya tidak sepenuhnya mengandalkan peta digital, khususnya di daerah yang sinyalnya lemah. "Di daerah yang sinyalnya jelek, jangan mengandalkan aplikasi. Lebih baik bertanya arah pada warga sekitar, daripada tersesat," katanya.
Kasus-kasus tersesat yang terus berulang ini menjadi pelajaran berharga bagi para pengemudi. Peta digital memang membantu, tetapi ia bukan pengganti akal sehat dan kehati-hatian. Memadukan teknologi dengan insting dan pengalaman adalah kunci untuk perjalanan yang aman dan lancar. Jangan biarkan diri kita menjadi korban berikutnya hanya karena terlalu percaya pada teknologi semata.