Jakarta – Era 2000-an menjadi saksi gempuran skutik di pasar otomotif Indonesia. Merek-merek asal China dan Taiwan awalnya meramaikan, namun kemudian pabrikan Jepang tak mau ketinggalan. Yamaha dengan Nouvo dan Mio menjadi pionir, diikuti Suzuki dengan serangkaian model skutik yang mencoba merebut hati konsumen Tanah Air. Salah satu yang cukup dikenal adalah Suzuki Spin 125, namun perjalanan Suzuki di dunia skutik tidak berhenti disitu saja.

Suzuki Spin hadir sebagai jawaban untuk segmen entry-level dengan mesin 125cc yang lebih besar dari pesaing sekelasnya yang rata-rata menggunakan mesin 110-115 cc. Desain yang sederhana dengan lampu bulat, pelek jari-jari 14 inci dan pilihan warna menarik menjadi daya tarik awal. Bahkan, Suzuki sempat merilis versi R, SR, dan Night Rider yang lebih maskulin dan berkarakter, dengan sentuhan grafis dan warna yang berbeda, serta jok two-tone. Perubahan signifikan terjadi pada tahun 2008 dengan penggantian lampu depan yang lebih tajam, serta beberapa pembenahan teknis seperti penggantian leher knalpot dan perubahan jumlah gigi as roda belakang. Meski memiliki kelebihan pada kelincahan dan pengapian yang stabil, Suzuki Spin harus mengakui kelemahan pada konsumsi BBM yang boros dan masalah choke. Kiprah Suzuki Spin berakhir pada tahun 2011, digantikan oleh Suzuki Nex yang bermesin lebih kecil namun lebih efisien.

Namun, Suzuki tidak berhenti berinovasi. Mereka menghadirkan Suzuki Skywave, skutik berdimensi lebih besar dan elegan, membidik konsumen yang mencari kenyamanan dan performa. Dengan desain yang sporty dan macho, Skywave tampil dengan lampu ganda yang agresif, pelek 16 inci, dan bagian belakang meruncing. Fitur-fitur seperti lampu belakang LED, panel meter analog, dan bagasi luas yang bisa menampung helm menjadi daya tarik tersendiri. Mesin 125 cc yang responsif pada putaran rendah menjadi salah satu keunggulan Skywave, meskipun masalah seperti langsam yang meninggi dan sil suspensi depan yang bocor menjadi hal yang umum ditemui seiring bertambahnya usia motor.

Selain Skywave, Suzuki juga mencoba peruntungan dengan Suzuki Skydrive. Mengusung desain yang lebih tajam dan modern, Skydrive hadir dengan mesin 125 cc yang efisien, mengkombinasikan performa dan gaya. Dengan lampu depan ganda, dek rata, dan suspensi yang nyaman, Skydrive sebenarnya menawarkan paket yang cukup menarik. Sayangnya, desainnya kurang diterima pasar dan dimensi yang bongsor membuatnya kurang lincah bermanuver. Selain itu, konsumsi bahan bakar yang boros dan bagasi yang kecil menjadi catatan tersendiri. Meski begitu, ketangguhan mesin dan kenyamanan suspensi menjadi poin plus bagi Skydrive.

Terakhir, ada Suzuki Hayate, skutik yang hadir sebagai penerus Skywave. Masih menggunakan basis mesin 125 cc yang sama, Hayate menawarkan desain yang lebih segar dan modern, namun tetap mempertahankan ciri khas kaki-kaki Skywave. Salah satu keunggulan Hayate adalah kapasitas bagasi yang besar, mencapai 17,7 liter, serta tangki bensin 5 liter. Sistem pengereman cakram depan dan tromol belakang, serta suspensi yang nyaman menjadi daya tarik Hayate. Meski masih menggunakan karburator, mesin Hayate terbilang handal dan mudah disubstitusi dengan komponen lain.

Dari Spin yang lincah, Skywave yang nyaman, Skydrive yang sporty, hingga Hayate yang bongsor, Suzuki telah menorehkan jejak yang cukup signifikan dalam perkembangan pasar skutik di Indonesia. Setiap model memiliki karakter dan kelebihan masing-masing, mewakili inovasi dan dedikasi Suzuki dalam menghadirkan produk yang berkualitas. Meskipun beberapa model memiliki kekurangan, namun kisah perjalanan skutik Suzuki ini menjadi bagian penting dari sejarah otomotif Tanah Air.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini