Fenomena anak-anak usia sekolah yang mengendarai motor atau mobil bukan lagi pemandangan asing di jalanan kita. Meski sebagian di antara mereka mungkin sudah cukup terampil, fakta bahwa mayoritas belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) memunculkan pertanyaan mendasar: apakah ini hanya soal usia dan formalitas hukum, atau ada aspek lain yang perlu kita perhatikan?

Usulan untuk memberikan SIM kepada anak di bawah umur memang pernah bergulir, namun pihak kepolisian dengan tegas menyatakan bahwa usia minimal untuk mendapatkan SIM bukan tanpa alasan. Menurut penelitian yang melibatkan para ahli, kemampuan mengemudi bukan hanya soal keterampilan teknis. Yang lebih krusial adalah kematangan emosional dan kemampuan mengendalikan diri saat berada di jalan raya.

Kepala Bidang Manajemen Operasi dan Rekayasa Korlantas Polri, Kombes Polisi Unggul Sedyantoro menjelaskan bahwa usia 17 tahun dianggap sebagai batas minimal seseorang mampu mengemudi dengan stabil dan tidak mudah terpengaruh oleh emosi. Di jalan raya, bukan hanya soal memutar setir atau menarik gas, tetapi juga tentang bagaimana berinteraksi dengan pengguna jalan lain secara aman dan bertanggung jawab.

Namun, menyoroti masalah anak di bawah umur yang mengemudi hanya dari sudut pandang SIM dan kontrol emosi saja adalah pandangan yang kurang komprehensif. Lebih dari itu, akar permasalahan ini juga terkait dengan minimnya fasilitas transportasi umum yang memadai. Kehadiran transportasi umum yang aman, nyaman, dan terjangkau akan menjadi solusi paling efektif untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi, terutama bagi anak-anak usia sekolah.

Tanpa alternatif transportasi publik yang memadai, anak-anak mau tak mau harus mengandalkan kendaraan pribadi, yang sering kali dikemudikan sendiri tanpa pengawasan orang dewasa. Situasi ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak kepolisian saja, tetapi juga menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat.

Perlu adanya solusi komprehensif yang melibatkan perbaikan sistem transportasi publik, edukasi keselamatan berkendara, serta peningkatan pengawasan dari orang tua dan pihak sekolah. Dengan pendekatan yang holistik, kita bisa menciptakan lingkungan lalu lintas yang lebih aman dan nyaman bagi semua pihak, terutama bagi generasi muda kita.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini