Di tengah dominasi skuter matik yang merajai jalanan Indonesia, mungkin banyak yang mengira era motor bebek telah sepenuhnya berlalu. Namun, jangan salah, si ‘underbone’ ini masih punya taji. Data terbaru dari Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) menunjukkan bahwa motor bebek masih memiliki pangsa pasar yang cukup signifikan, bahkan menunjukkan eksistensinya di pasar ekspor. Artikel ini akan mengupas tuntas dinamika pasar motor bebek di Indonesia, dengan perspektif baru dan analisis yang mendalam.

Penjualan Domestik: Bukan Raja, Tapi Tetap Berjaya

Mari kita telaah angka penjualan. Pada November 2024, industri sepeda motor mencatatkan penjualan 512.942 unit, sedikit menurun dari bulan sebelumnya. Namun, sepanjang 11 bulan tahun 2024, total penjualan mencapai 5.929.830 unit, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dominasi motor matik masih tak terbendung, meraup 90,26% dari total penjualan. Namun, di tengah gempuran matik, motor bebek masih mengamankan 5,42% pangsa pasar.

Angka ini mungkin terlihat kecil, tetapi jika dihitung, setidaknya sekitar 26 ribu unit motor bebek terjual setiap bulannya. Sepanjang tahun, sudah lebih dari 314 ribu unit motor bebek yang sampai ke tangan konsumen. Ini bukan angka yang bisa diabaikan. Artinya, masih ada segmen konsumen yang setia dan melihat nilai lebih pada motor bebek.

Tren Penurunan Pangsa Pasar: Realitas yang Harus Dihadapi

Pangsa pasar motor bebek memang mengalami penurunan yang signifikan dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 2013, pangsa pasar motor bebek masih berada di angka 22,8%. Namun, angka ini terus merosot hingga 5,08% pada tahun 2023. Ini menunjukkan bahwa preferensi konsumen secara umum memang telah bergeser ke motor matik yang menawarkan kepraktisan dan kenyamanan.

Ekspor: Motor Bebek Masih Jadi Andalan

Di tengah penurunan pangsa pasar domestik, ada kabar baik bagi para penggemar motor bebek. Pasar ekspor justru menjadi lahan subur bagi si ‘underbone’ ini. Data AISI menunjukkan bahwa motor bebek menyumbang 52,53% dari total ekspor sepeda motor pada tahun 2023 dan 49,53% pada periode Januari-November 2024. Ini mengindikasikan bahwa motor bebek masih sangat diminati di pasar luar negeri.

Mengapa Motor Bebek Masih Bertahan?

Di tengah serbuan matik, mengapa motor bebek masih tetap eksis? Beberapa faktor bisa menjadi alasannya. Pertama, motor bebek memiliki penggemar setia yang menghargai kehandalan dan daya tahan mesinnya. Motor bebek juga dikenal lebih irit bahan bakar dibandingkan dengan motor matik.

Kedua, motor bebek memiliki nilai nostalgia bagi sebagian masyarakat. Desainnya yang klasik dan sederhana memberikan kesan tersendiri bagi penggunanya. Ketiga, di beberapa daerah, motor bebek masih menjadi pilihan utama karena kemampuan untuk melibas jalanan yang tidak rata.

Pilihan Motor Bebek di Indonesia: Dari yang Terjangkau Hingga Premium

Saat ini, beberapa produsen masih menawarkan pilihan motor bebek di Indonesia. Honda, dengan delapan modelnya, menjadi salah satu pemain utama. Suzuki juga masih menawarkan satu model, meskipun jumlahnya lebih sedikit. Sayangnya, beberapa merek lain seperti TVS sudah tidak lagi menjual motor bebek di pasar domestik.

Soal harga, motor bebek juga cukup kompetitif. Ada pilihan yang terjangkau mulai dari sekitar Rp 16 jutaan. Namun, ada juga model premium yang menyasar kalangan hobi, seperti CT125 dengan banderol fantastis, mencapai Rp 81 jutaan. Ini menunjukkan bahwa pasar motor bebek masih cukup beragam dan menawarkan pilihan bagi berbagai kalangan.

Kesimpulan: Bukan Akhir, Tapi Transformasi

Motor bebek memang tidak lagi menjadi raja di pasar domestik, namun bukan berarti ia telah sepenuhnya ditinggalkan. Data menunjukkan bahwa motor bebek masih memiliki pangsa pasar yang cukup signifikan, khususnya di segmen ekspor. Kehandalan, nilai nostalgia, dan pilihan harga yang beragam menjadi daya tarik tersendiri bagi para konsumennya.

Pasar motor bebek mungkin akan terus bertransformasi, mengikuti perkembangan zaman dan tren. Namun, satu hal yang pasti, motor bebek akan tetap menjadi bagian dari sejarah dan perkembangan industri otomotif di Indonesia. Jadi, jangan remehkan si "underbone," dia masih punya cerita untuk ditulis di jalanan Indonesia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini