JAKARTA – Mitos mobil listrik boros kini terpatahkan. Hyundai Ioniq dan Kona EV, dua pionir mobil listrik murni dari pabrikan Korea Selatan, membuktikan bahwa mobilitas ramah lingkungan tak harus mahal. Dengan sekali pengisian daya penuh, kedua mobil ini mampu menempuh jarak yang mengesankan dengan biaya yang sangat terjangkau, bahkan lebih murah dari ongkos bensin untuk perjalanan yang sama.
Berdasarkan pengujian WLTP (Worldwide Harmonized Light-duty Vehicle Procedures), Hyundai Ioniq mampu melaju sejauh 312 km. Sementara itu, Kona EV tak kalah jauh, mencatatkan angka 305 km. Angka ini bukan sekadar klaim pabrikan, melainkan hasil pengujian standar yang diakui secara internasional.
Lantas, berapa biaya yang dibutuhkan untuk mengisi daya kedua mobil ini? Dengan tarif listrik rumah tangga non-subsidi sebesar Rp 1.444,70 per kWh, biaya pengisian penuh baterai Ioniq hanya sekitar Rp55.332,01. Sedikit lebih tinggi, Kona EV membutuhkan biaya sekitar Rp56.623,24 untuk jarak tempuh maksimalnya. Angka ini sangat menarik, terutama jika dibandingkan dengan biaya bahan bakar untuk mobil konvensional untuk jarak yang sama.
Product Expert PT Hyundai Motors Indonesia (HMID), Bonar Pakpahan, menjelaskan lebih lanjut mengenai efisiensi kedua mobil listrik ini. Menurutnya, Ioniq mencatatkan efisiensi 7,24 km per kWh, sedangkan Kona EV 6,99 km per kWh. Angka-angka ini menunjukkan betapa iritnya penggunaan energi listrik pada kedua model tersebut. Namun, perlu diingat bahwa kondisi aktual di lapangan dapat memberikan hasil yang sedikit berbeda.
Efisiensi ini diukur dalam satuan kilometer per kWh (km/kWh), sebuah tolok ukur yang berbeda dengan mobil berbahan bakar konvensional yang menggunakan satuan kilometer per liter (km/liter). Perbedaan ini menegaskan bahwa mobil listrik memiliki cara kerja yang berbeda dan lebih efisien dalam mengonversi energi menjadi tenaga gerak.
Masa depan otomotif Indonesia tampaknya memang akan didominasi oleh mobil listrik. Pemerintah sendiri telah mengumumkan berbagai insentif untuk mobil listrik, termasuk hybrid, plug-in hybrid (PHEV), dan mobil listrik murni. Diharapkan, insentif ini akan mulai berlaku pada Oktober 2021, dan semakin memacu minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan.
Target ambisius juga telah ditetapkan. Pada 2025, 20 persen produksi kendaraan lokal diharapkan berasal dari kendaraan hybrid hingga mobil listrik murni. Selain itu, pemerintah juga berencana membangun 2.400 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di berbagai daerah, mempermudah pemilik mobil listrik untuk mengisi daya di mana saja.
Dengan kombinasi efisiensi biaya, jarak tempuh yang memadai, serta dukungan pemerintah, mobil listrik seperti Hyundai Ioniq dan Kona EV bukan lagi sekadar tren, melainkan masa depan mobilitas yang berkelanjutan. Perjalanan Jakarta-Bogor dengan mobil listrik? Siapa takut! Biayanya cukup dengan uang jajan sehari.