Perjalanan darat menggunakan mobil, walau seringkali menyenangkan, menuntut perhatian ekstra dari pengemudi. Jangan sampai euforia liburan mengalahkan kewaspadaan. Salah satu aspek penting yang sering diabaikan adalah istirahat yang cukup. Bukan soal seberapa jauh jarak yang ditempuh, tapi seberapa lama kita berada di balik kemudi.
Banyak pengemudi baru berhenti ketika sudah merasa sangat lelah. Ini adalah kesalahan fatal. Mengemudi dalam kondisi lelah sangat berbahaya dan meningkatkan risiko kecelakaan. Seorang pakar keselamatan berkendara menyarankan agar pengemudi mengambil jeda istirahat secara teratur, bukan berdasarkan rasa lelah, melainkan berdasarkan waktu tempuh.
Idealnya, setiap pengemudi harus beristirahat setelah mengemudi selama dua jam. Waktu istirahat yang disarankan adalah 30 menit. Ingat, patokan utama bukan jarak tempuh, melainkan durasi kita berada di balik kemudi. Kondisi jalan, kepadatan lalu lintas, bisa membuat jarak tempuh yang sama memakan waktu yang berbeda.
Mengapa waktu istirahat ini penting? Kelelahan pengemudi tidak hanya diukur dari jarak yang ditempuh, melainkan juga durasi mengemudi. Memaksakan diri untuk mengemudi terus-menerus tanpa istirahat akan menurunkan konsentrasi, memperlambat reaksi, dan meningkatkan risiko kecelakaan.
Tak ada kewajiban untuk sampai di suatu tempat dengan waktu yang sudah ditargetkan. Keselamatan adalah prioritas utama. Beristirahat setiap dua jam akan memberikan banyak manfaat. Selain menjaga kondisi fisik tetap prima, istirahat juga akan memberikan kesempatan bagi pikiran untuk rileks dan menjernihkan pandangan. Jeda istirahat juga bisa dimanfaatkan untuk meregangkan otot yang tegang, minum, atau sekedar menghirup udara segar.
Jadi, jangan tunggu sampai lelah baru istirahat. Atur perjalanan dengan bijak, manfaatkan waktu istirahat setiap dua jam, demi perjalanan yang aman dan menyenangkan. Utamakan keselamatan dan nikmati perjalanan dengan pikiran jernih dan tubuh yang segar.