Di tengah lesunya penjualan mobil domestik Indonesia, ekspor kendaraan justru menjadi penopang utama bagi industri otomotif. Fakta ini terungkap dari pernyataan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang mengungkapkan bahwa kinerja ekspor mereka terbantu oleh kebijakan penurunan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Vietnam. Langkah Vietnam menurunkan PPN dari 10% menjadi 8% ternyata menjadi angin segar bagi pabrikan otomotif Indonesia, khususnya dalam menggenjot volume ekspor.
Kebijakan fiskal yang diambil Vietnam ini sungguh kontras dengan situasi di Indonesia yang justru menaikkan PPN menjadi 12%. Ironisnya, perbedaan kebijakan ini secara langsung mempengaruhi daya saing ekspor Indonesia. Bob Azam, Wakil Presiden Direktur TMMIN, mengungkapkan bahwa penurunan PPN di Vietnam menjadi salah satu faktor utama pendorong kenaikan ekspor Toyota ke negara tersebut. Kondisi ini memberikan gambaran jelas bahwa insentif fiskal yang tepat bisa menjadi katalisator pertumbuhan ekspor.
Fenomena ini juga menjadi pengingat bagi pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan ulang strategi fiskal yang lebih berpihak pada pertumbuhan ekspor. Sementara pasar domestik sedang mengalami penurunan, sektor ekspor seharusnya menjadi fokus utama untuk menjaga stabilitas dan keberlangsungan industri otomotif. Upaya meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional menjadi krusial.
Data yang diungkapkan TMMIN menunjukkan bahwa saat ini proporsi produksi mobil mereka lebih banyak untuk pasar ekspor, yaitu sekitar 60%, sementara sisanya 40% untuk pasar domestik. Angka ini mencerminkan bahwa industri otomotif Indonesia semakin bergantung pada pasar luar negeri. Untuk itu, upaya membuka akses pasar baru melalui perjanjian perdagangan bebas (FTA) dan promosi produk di berbagai negara menjadi hal yang sangat penting.
Presiden Direktur TMMIN, Nandi Julyanto, menyebutkan bahwa Toyota telah mengekspor lebih dari 250 ribu unit mobil buatan Indonesia ke sekitar 80 negara. Ini adalah prestasi yang patut diapresiasi, namun tantangan ke depan adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan volume ekspor tersebut. Pemerintah dan pelaku industri perlu bekerja sama untuk mencari solusi yang tepat, salah satunya dengan memberikan insentif fiskal yang menarik bagi eksportir.
Dengan melihat contoh Vietnam, Indonesia perlu belajar bahwa kebijakan fiskal yang mendukung ekspor dapat menjadi instrumen penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Insentif PPN, misalnya, dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi negara-negara importir, dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global. Pemerintah perlu lebih kreatif dan responsif dalam merumuskan kebijakan yang pro-ekspor, sehingga industri otomotif Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga terus berkembang di tengah persaingan global yang semakin ketat.
Mencermati kondisi ini, sudah saatnya pemerintah Indonesia melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan fiskal yang ada. Insentif pajak yang berpihak pada ekspor, akses pasar yang lebih luas, dan promosi produk yang efektif adalah kunci untuk menjaga keberlanjutan industri otomotif dan meningkatkan kontribusi sektor ini terhadap perekonomian nasional.