Jakarta, – Amnesty International mengeluarkan laporan mengejutkan yang mengungkap praktik mengkhawatirkan di industri kendaraan listrik (EV). Laporan tersebut menyoroti kegagalan produsen EV dalam mengatasi risiko hak asasi manusia yang terkait dengan rantai pasokan bahan baku penting, seperti kobalt, lithium, nikel, dan tembaga.
Tambang yang Mencemari Lingkungan dan Risiko Kesehatan
Laporan Amnesty International menemukan bahwa penambangan logam ini seringkali menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan. Tambang-tambang tersebut mencemari air, tanah, dan udara, serta menimbulkan risiko kesehatan bagi masyarakat di sekitarnya. Salah satu contoh yang menonjol adalah penambangan kobalt di Republik Demokratik Kongo, yang telah dikaitkan dengan kerja paksa anak-anak dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya.
Kartu Skor Uji Tuntas Produsen EV
Amnesty International mengevaluasi kebijakan uji tuntas hak asasi manusia dari 13 produsen EV. Hasilnya mengecewakan, dengan beberapa pabrikan bahkan menolak untuk menjawab pertanyaan tentang dampak penambangan mineral pada mata pencaharian pekerja, masyarakat, dan lingkungan.
Mercedes-Benz, Tesla, dan Stellantis mendapat nilai tertinggi, masing-masing 51, 49, dan 42 poin. Di sisi lain, BYD dan Mitsubishi mendapat nilai terendah, masing-masing 11 dan 13 poin. Hyundai juga mendapat nilai buruk dengan hanya 21 poin.
Tanggapan Produsen EV
Hyundai mengakui penilaian Amnesty International dan menyatakan komitmennya terhadap rantai pasokan yang berkelanjutan dan etis. Namun, BYD dan Mitsubishi menolak memberikan tanggapan atas temuan tersebut.
Paspor Baterai Uni Eropa
Sebagai tanggapan atas kekhawatiran ini, Uni Eropa akan memberlakukan paspor baterai mulai 1 Februari 2027. Paspor ini akan diperlukan untuk semua baterai EV dengan kapasitas lebih dari 2 kWh. Paspor ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam rantai pasokan baterai.
Kesimpulan
Laporan Amnesty International menyoroti sisi gelap industri kendaraan listrik, yaitu pengabaian terhadap hak asasi manusia dalam rantai pasokan. Produsen EV harus segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini dan memastikan bahwa produksi mobil yang lebih ramah lingkungan tidak mengorbankan kesejahteraan komunitas yang rentan.