– Raksasa otomotif Jepang, Nissan Motor Corporation (NMC), sedang limbung. Kondisi krisis yang melanda perusahaan telah memasuki level "emergency mode" atau gawat darurat, memaksa langkah-langkah drastis.
CEO Gawat Darurat
Chief Executive Officer (CEO) Nissan, Makoto Uchida, telah mengumumkan situasi darurat ini. Ia terpaksa memotong 50% gajinya sebagai bentuk tanggung jawab atas kesulitan perusahaan.
CFO Mundur
Di tengah krisis, Chief Financial Officer (CFO) Nissan, Stephen Ma, dikabarkan berencana mengundurkan diri. Namun, Nissan masih belum mengonfirmasi kabar tersebut secara resmi. Ma telah menjabat sebagai CFO sejak 2019 dan telah melalui masa-masa sulit semasa pandemi.
PHK Massal Menanti
Kondisi Nissan diperburuk dengan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 9.000 karyawannya. Angka ini setara dengan 6,7% dari total karyawan Nissan di seluruh dunia. Langkah ini diambil untuk mengurangi biaya operasional perusahaan yang kewalahan.
Penjualan Anjlok
Kemerosotan Nissan dipicu oleh penjualan global yang anjlok, khususnya di Amerika Utara, China, dan Jepang. Laba perusahaan turun drastis hingga 90% pada periode April hingga September 2024.
Persaingan Ketat di China
Di pasar China, kehadiran pemain baru seperti BYD menjadi ancaman bagi Nissan. BYD menawarkan mobil-mobil murah dengan teknologi canggih, menggeser dominasi produsen tradisional seperti Volkswagen dan Ford.
Uchida Akui Kegagalan
CEO Nissan, Uchida, mengakui kegagalan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cepat. Hal ini menyebabkan rencana penjualan yang berlebihan dan ketidakmampuan bersaing di pasar yang berubah cepat.
Kemitraan Sebagai Jalan Keluar
Untuk bertahan, Nissan akan mengandalkan kemitraan dengan Honda dan pihak lain dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi beban operasional dan meningkatkan efisiensi.
Prospek Masa Depan
Nasib Nissan masih belum pasti. CEO dan manajemen perusahaan berjuang untuk mengatasi krisis ini. Langkah-langkah drastis yang diambil dapat menjadi sinyal perubahan besar dalam struktur dan strategi perusahaan. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah Nissan akan bangkit dari keterpurukan atau malah tenggelam lebih dalam.