Pemerintah Indonesia berencana menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen tahun depan. Rencana ini menjadi momok bagi industri otomotif yang sudah terpuruk sejak tahun 2024.
Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, menyebut industri otomotif menghadapi tekanan berat tahun ini. Penjualan anjlok, hingga target penjualan mobil tahunan harus direvisi.
"Tahun 2024 menjadi periode yang sangat berat bagi industri otomotif. Gaikindo terpaksa merevisi target tahunannya dari 1,1 juta menjadi hanya 850 ribu kendaraan," kata Nangoi.
Nangoi juga mengkhawatirkan tantangan tahun depan, terutama dengan rencana kenaikan PPN dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB).
"Meski ekonomi menunjukkan sedikit perbaikan, namun faktor penghambat seperti suku bunga tinggi dan ancaman kenaikan pajak masih membayangi industri otomotif. Hal ini berpotensi mempengaruhi pertumbuhan industri yang sangat sensitif terhadap perubahan harga," ujarnya.
Menyadari pentingnya industri otomotif, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memastikan pemerintah akan memberikan insentif.
"Salah satu prioritas dari program yang sedang dirumuskan adalah menyiapkan insentif dan stimulus bagi industri otomotif," kata Agus.
Meski mendapatkan angin segar dari pemerintah, Nangoi tetap berharap agar kenaikan PPN dipertimbangkan kembali. Menurutnya, kenaikan PPN justru akan menghambat pemulihan industri otomotif yang tengah terpuruk.
"Kami meminta pemerintah mempertimbangkan dampak kenaikan PPN terhadap industri otomotif. Hal ini dapat menciptakan beban tambahan bagi konsumen dan menghambat pertumbuhan industri," tegasnya.
Industri otomotif merupakan salah satu sektor penting di Indonesia yang berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan perhatian serius terhadap kondisi industri ini, terutama di tengah tekanan kenaikan pajak dan suku bunga yang tinggi.