Jakarta, – Berita duka menyelimuti dunia otomotif Indonesia dengan kepergian Hokky Krisdianto, mantan pebalap nasional yang terlibat dalam kecelakaan fatal akibat adu kambing. Kejadian ini menguak realita pahit tentang bahaya tabrakan frontal yang merenggut nyawa dalam sekejap.
Menurut Jusri Pulubuhu, pakar keselamatan berkendara, adu kambing menempati posisi tertinggi sebagai kecelakaan paling mematikan di jalan raya. Terjadi ketika dua kendaraan dari arah berlawanan bertabrakan langsung, dampaknya menimbulkan kerusakan parah, kerugian besar, bahkan korban jiwa.
"Jika ada pilihan, tabraklah tembok atau batu besar daripada menabrak objek bergerak dari arah berlawanan," tegas Jusri. Alasannya, benda diam tidak memiliki momentum sehingga kerusakan yang ditimbulkan lebih ringan.
Namun, situasi darurat seperti itu kerap luput dari antisipasi manusia. Dalam mengemudi, pengetahuan dan keterampilan saja tidak cukup. Diperlukan juga logika, etika, pola pikir, dan perilaku yang menunjang disiplin berlalu lintas.
Jusri menekankan perbedaan mendasar antara jalan raya dengan sirkuit. Di sirkuit, keamanan terjamin karena kesalahan manusia sangat kecil. Sebaliknya, di jalan raya, potensi kesalahan orang lain sangat tinggi, sehingga menjadikannya lebih berbahaya.
Oleh karena itu, kewaspadaan dan antisipasi dini sangat krusial. Hindari berkendara dengan kecepatan tinggi atau di bawah pengaruh alkohol. Selalu perhatikan lingkungan sekitar dan jaga jarak aman dengan kendaraan lain.
Selain itu, pemerintah dan pemangku kepentingan terkait perlu meningkatkan infrastruktur dan regulasi keselamatan berkendara. Hal ini mencakup perbaikan jalan, penambahan rambu-rambu lalu lintas, dan penegakan hukum yang lebih ketat.
Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya adu kambing dan melakukan upaya pencegahan yang komprehensif, kita dapat mengurangi angka kecelakaan mematikan tersebut dan menciptakan jalan raya yang lebih aman bagi semua pengguna.