Indonesia tengah bersiap menjadi negara mandiri secara energi hijau. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi terbarukan, seperti panas bumi, tenaga surya, dan bioenergi.
"Kami memiliki keuntungan dalam beberapa tahun ke depan bisa sepenuhnya mandiri dalam energi, mandiri dalam energi hijau. Kami mungkin akan menjadi salah satu dari sedikit negara yang dapat mencapai 100% energi terbarukan dalam beberapa tahun," ungkap Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
Salah satu kekuatan utama Indonesia dalam energi hijau adalah potensi bioenergi atau bahan bakar nabati. Indonesia, bersama dengan Brazil dan Republik Demokratik Kongo, memiliki potensi yang besar untuk memproduksi bahan bakar nabati.
Pengembangan bahan bakar nabati di Indonesia mendapat dukungan dari industri otomotif. Saat ini, Indonesia sudah memproduksi kendaraan yang mampu menggunakan bahan bakar nabati, seperti biodiesel B35 dan bioetanol E5. Bahkan, kendaraan yang diproduksi di Indonesia sudah diuji coba untuk menenggak bahan bakar nabati 100%.
"Secara teknologi kendaraannya sudah siap," ujar Presiden Jokowi.
Pertamina bersama Toyota telah melakukan uji coba bahan bakar bioetanol 100% sebagai pengganti bensin. Hasilnya, bioetanol 100% menunjukkan peningkatan performa dengan pembakaran yang lebih sempurna dan emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Pemerintah Indonesia menargetkan kendaraan listrik untuk menjadi moda transportasi utama pada tahun 2030. Selain kendaraan listrik, pengembangan bahan bakar nabati juga akan menjadi prioritas pemerintah untuk mewujudkan kemandirian energi hijau.
Mandiri energi hijau tidak hanya akan menghemat devisa negara, tetapi juga menciptakan banyak peluang ekonomi. Oleh karena itu, pengembangan energi hijau menjadi salah satu prioritas utama pemerintah Indonesia dalam mewujudkan bangsa yang maju dan berkelanjutan.