Kecelakaan maut yang melibatkan belasan kendaraan di Tol Cipularang baru-baru ini membuka mata akan bahaya penggunaan gigi tinggi pada truk saat melintas di jalan menurun.
Menurut Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Irjen Pol Aan Suhanan, investigasi awal menunjukkan sopir truk yang terlibat kecelakaan gagal melakukan pengereman karena menggunakan gigi tinggi di turunan. Akibatnya, rem tidak berfungsi maksimal dan diduga mengalami blong.
Instruktur safety driving di Rifat Drive Labs (RDL) dan Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI), Erreza Hardian, membenarkan temuan tersebut. Ia mengatakan, banyak sopir truk yang memanfaatkan gigi tinggi di jalan menurun dengan alasan menghemat bahan bakar.
"Mereka menganggap dengan gigi tinggi, konsumsi BBM lebih irit. Ini ilmu turun temurun yang salah," jelas Reza.
Padahal, dengan menggunakan gigi tinggi, risiko kecelakaan justru lebih besar. Pasalnya, rem dipaksa bekerja lebih keras, sehingga menyebabkan rem panas dan terjadi brake fading atau kegagalan fungsi pengereman.
Reza menekankan pentingnya pengemudi truk memahami teknik penggunaan rem yang benar saat melintas di jalan menurun. Ia menyarankan agar pengemudi menurunkan gigi transmisi sebelum memasuki turunan untuk memanfaatkan engine brake dan mengurangi beban pada rem.
"Di jalanan turun, ada potensi energi potensial dan kinetik. Pengemudi harus mengantisipasinya dengan memanfaatkan retarder atau menurunkan transmisi," tegasnya.
Oleh karena itu, Reza mengimbau para pengemudi truk untuk lebih bijak dan bertanggung jawab dalam berkendara. Mereka harus memahami bahaya penggunaan gigi tinggi di jalan menurun dan mempraktikkan teknik berkendara yang aman untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan.