Kecelakaan di jalan tol menjadi peringatan keras akan risiko yang mengintai di jalur cepat tersebut. Mengemudi di tol tidak hanya membutuhkan keterampilan, tetapi juga kewaspadaan ekstra. Selain faktor eksternal seperti cuaca dan kondisi jalan, bahaya juga bisa datang dari kendaraan lain.
Oleh karena itu, para pengemudi perlu mengembangkan imajinasi risiko. Konsep "lingkaran aman" atau "safety bubble" menjadi acuan penting dalam mengantisipasi potensi bahaya. Pengemudi harus senantiasa mengimajinasikan sebuah lingkaran imajinatif di sekeliling kendaraannya, yang merepresentasikan jarak aman dari kendaraan lain.
Ketika kendaraan lain mendekat, pengemudi harus siap mengambil tindakan menghindar atau membunyikan klakson. Namun, besarnya lingkaran aman ini sangat bergantung pada situasi, kecepatan, dan pengalaman pengemudi.
Saat berhadapan dengan kendaraan ugal-ugalan, menjaga jarak menjadi sangat krusial. Besaran jarak aman bergantung pada faktor-faktor seperti kecepatan dan jenis kendaraan. Untuk mobil dan motor, jarak aman yang disarankan adalah antara 50 cm hingga 1 meter. Namun, jika kecepatan tinggi, jarak aman bisa mencapai 2 meter.
Mengembangkan imajinasi risiko bukan hanya soal memperluas jarak aman, tetapi juga tentang memprediksi pergerakan kendaraan lain. Pengemudi perlu memperhatikan tanda-tanda seperti lampu sein, gerakan roda kemudi, dan kecepatan kendaraan di sekitarnya. Dengan mengembangkan kewaspadaan dan imajinasi risiko, pengemudi dapat mengantisipasi potensi bahaya dan mengambil tindakan tepat waktu untuk memastikan keselamatan berkendara di jalan tol.