Jakarta, – Sektor otomotif di kawasan Asia Tenggara sedang menghadapi masa-masa sulit. Menurut data Asosiasi Otomotif ASEAN, produksi mobil di kawasan ini merosot 17 persen pada September 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Indonesia, negara penghasil mobil terbesar di ASEAN, mengalami penurunan produksi 9,8 persen menjadi 101.688 unit. Malaysia dan Thailand juga mengalami nasib serupa, dengan penurunan masing-masing 19,9 persen dan 25,5 persen.
Anjloknya produksi ini dikaitkan dengan beberapa faktor, termasuk menurunnya permintaan global akibat krisis ekonomi dan gangguan rantai pasokan. Selain itu, penurunan daya beli konsumen juga berdampak pada penjualan mobil.
Beberapa negara menunjukkan perkembangan yang positif. Myanmar mengalami peningkatan produksi 6,3 persen menjadi 219 unit, sementara Filipina mencatat lonjakan 27 persen menjadi 10.554 unit. Namun, kenaikan ini belum cukup untuk mengimbangi penurunan secara keseluruhan di kawasan ini.
Penurunan produksi mobil di ASEAN menjadi perhatian serius karena dapat berdampak pada perekonomian dan lapangan kerja. Industri otomotif merupakan salah satu penyumbang PDB terbesar di beberapa negara di wilayah ini.
Para pemangku kepentingan di industri otomotif perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Upaya merangsang permintaan dan meningkatkan efisiensi produksi menjadi kunci untuk menghidupkan kembali sektor ini.
Pemerintah juga dapat memainkan peran dengan menyediakan insentif bagi konsumen dan mendukung industri otomotif secara keseluruhan. Inovasi dan pengembangan teknologi baru juga akan menjadi sangat penting untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang di masa depan.
Menyelesaikan krisis industri otomotif ASEAN tidak akan mudah. Namun, dengan kerja sama dan strategi yang tepat, kawasan ini dapat mengatasi tantangan dan kembali sebagai pusat produksi mobil terkemuka di dunia.