Dalam era transportasi online yang kian marak, pengemudi taksi online menghadapi sejumlah risiko, salah satunya adalah perlakuan kasar dari penumpang. Kejadian pemukulan pengemudi taksi online yang viral baru-baru ini menjadi bukti nyata akan hal tersebut.
Digital Video Recorder (DVR) atau dashcam, sebuah perangkat yang merekam aktivitas di dalam mobil, menjadi penyelamat bagi para pengemudi dalam mendokumentasikan peristiwa yang mereka alami. "Rekaman dari dashcam dapat digunakan sebagai alat bukti dalam kasus pidana," ujar Budiyanto, pemerhati masalah transportasi dan hukum.
Namun, Budiyanto mengingatkan bahwa fungsi dashcam bersifat pasif. Artinya, pengemudi tidak dapat mengandalkan dashcam sebagai satu-satunya pelindung. "Pengemudi harus berani mengambil tindakan jika menghadapi situasi tidak menyenangkan," imbuhnya.
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan pengemudi saat menghadapi penumpang yang berperilaku tidak wajar adalah mempertanyakan perilaku tersebut. Namun, Budiyanto menekankan pentingnya melakukan hal tersebut sesuai hukum.
"Kita tetap harus menjunjung praduga tak bersalah dan menghormati hak asasi manusia," tegasnya.
Jika situasi semakin membahayakan, pengemudi disarankan untuk segera mencari tempat yang ramai atau menuju kantor polisi terdekat. "Segera laporkan kejadian yang terjadi agar polisi dapat memprosesnya," pesan Budiyanto.
Kepemilikan dashcam menjadi langkah preventif yang sangat penting bagi pengemudi taksi online. Alat ini tidak hanya dapat memberikan bukti jika terjadi insiden, tetapi juga menjadi pengingat bagi penumpang untuk berperilaku sopan dan menghormati pengemudi.
Kesimpulannya, dashcam merupakan alat yang sangat berguna untuk melindungi pengemudi taksi online dari perlakuan kekerasan di jalan. Namun, pengemudi juga perlu berani mengambil tindakan tegas sesuai hukum dan mencari bantuan jika situasi semakin membahayakan. Dengan begitu, mereka dapat menjalankan tugasnya dengan aman dan nyaman.