Persaingan di industri otomotif memanas dengan masuknya produsen mobil Tiongkok yang menawarkan fitur canggih dengan harga bersaing. Tren ini telah mengkhawatirkan beberapa pabrikan global, yang berusaha mengerem laju pertumbuhan mobil Tiongkok melalui kebijakan tarif impor.
Namun, pabrikan mobil Prancis, Citroen, memiliki pandangan berbeda. Menurut CEO Citroen Brand, Thierry Kokas, tarif impor tidak efektif untuk melindungi industri otomotif dari persaingan Tiongkok karena produsen Tiongkok dapat mengekspor mobil mereka ke negara lain yang tidak mengenakan pajak khusus.
Kokas menekankan bahwa satu-satunya cara untuk menghadapi persaingan ini adalah dengan memangkas biaya produksi dan meningkatkan kualitas produk. Citroen, kata Kokas, berupaya menjadi kompetitif di negara-negara yang menjadi target pasar mereka dengan menawarkan mobil dengan biaya produksi yang rendah dan kualitas yang tinggi.
"Kami ingin mobil kami sangat kompetitif, sehingga kami dapat menghadapi persaingan dengan mobil Tiongkok, dengan penawaran yang sangat kompetitif. Tidak ada solusi lain selain melawan itu," ujar Kokas.
Selain biaya produksi, Kokas juga menyoroti pentingnya membangun jaringan dealer yang kuat dan memberikan layanan pelanggan yang baik. Di Indonesia, misalnya, Citroen sedang berupaya membangun kepercayaan pelanggan dengan memberikan kualitas produk dan layanan yang sesuai dengan ekspektasi pasar.
Sikap Citroen dalam menghadapi persaingan Tiongkok menunjukkan bahwa industri otomotif global perlu menyesuaikan strategi mereka. Kebijakan tarif impor mungkin efektif dalam jangka pendek, tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah persaingan jangka panjang. Pabrikan mobil perlu meningkatkan efisiensi produksi, berinovasi dalam hal teknologi, dan fokus pada memberikan nilai tambah bagi pelanggan agar tetap kompetitif di pasar yang semakin global dan kompetitif.