Penjualan motor listrik di Indonesia memang meningkat, namun masih jauh tertinggal dari motor bensin. Menurut data Kemenko Bidang Perekonomian, populasi motor listrik di Indonesia hanya sekitar 109 ribu unit, sementara motor bensin mencapai 125 juta unit.
Tahun ini, penjualan motor listrik diprediksi mencapai 70 ribu unit, atau hanya sekitar 1 persen dari total penjualan motor yang mencapai 6 juta unit. Rendahnya adopsi ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Kendala Fungsional
"Motor listrik yang tersedia saat ini belum memenuhi kebutuhan konsumen secara umum," ujar Raditya Wibowo, CEO perusahaan motor listrik. "Mereka tidak bisa jalan jauh, tarikan gasnya kurang optimal, dan waktu pengisian daya lama."
Konsumen Indonesia terbiasa dengan mobilitas tinggi motor bensin, yang tidak bisa disamai oleh motor listrik saat ini. Jarak tempuh yang terbatas dan waktu pengisian daya yang lama menjadi kendala utama bagi konsumen.
Infrastruktur Pendukung
Selain kendala fungsional, infrastruktur pendukung motor listrik juga belum memadai. Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPLU) masih terbatas, sehingga konsumen khawatir kehabisan daya saat bepergian jauh.
Dukungan Pemerintah
Dukungan pemerintah dalam pengembangan industri motor listrik dinilai masih kurang. Insentif seperti subsidi atau keringanan pajak belum diberikan secara signifikan, sehingga harga motor listrik masih relatif mahal.
Masa Depan yang Menjanjikan
Meskipun saat ini masih menghadapi tantangan, masa depan motor listrik di Indonesia tetap menjanjikan. Dengan terus berkembangnya teknologi baterai dan jaringan SPLU, diharapkan motor listrik akan menjadi solusi mobilitas yang lebih ramah lingkungan dan efisien.
Pemerintah dan industri harus terus berkolaborasi untuk mengatasi kendala yang ada dan mempercepat adopsi motor listrik di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi negara nomor satu di bidang kendaraan listrik di ASEAN, sejalan dengan target pemerintah.