Tren bus telolet marak lagi. Suara klakson unik dari bus tersebut menjadi hiburan instan bagi anak-anak. Namun, di balik kesenangan sesaat itu, tersimpan bahaya maut yang mengintai.
Belakangan ini, nyawa seorang bocah melayang akibat mengejar bus telolet di Jakarta Selatan. Kejadian serupa juga pernah terulang beberapa kali sebelumnya. Seorang anak berusia lima tahun tewas terlindas bus di Pelabuhan Merak saat berusaha meminta sopir membunyikan klakson telolet.
Mirisnya, tragedi-tragedi tersebut terjadi karena kebiasaan anak-anak berlari di samping bus, bahkan di titik buta pengemudi. Akibatnya, mereka sulit terlihat dan rentan tertabrak.
Selain membahayakan nyawa anak, klakson telolet juga berdampak negatif pada fungsi rem bus. Kebiasaan membunyikan klakson tersebut dapat membuat rem menjadi kurang optimal, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas.
Pemerintah tidak tinggal diam. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah melarang penggunaan klakson telolet pada bus dan angkutan umum lainnya. Alasannya, selain membahayakan nyawa anak-anak, klakson tersebut juga mengganggu kenyamanan pengguna jalan.
Para orang tua juga berperan penting dalam mencegah anak-anak mereka mengejar bus telolet. Edukasi yang tepat harus diberikan agar anak-anak memahami potensi bahaya yang mengintai.
Bagi para sopir bus, penting untuk menjauhkan diri dari permintaan anak-anak untuk membunyikan klakson telolet. Prioritaskan keselamatan penumpang dan pengguna jalan lainnya. Tolak permintaan tersebut dengan tegas dan arahkan anak-anak untuk mencari hiburan yang lebih aman.
Nyawa anak adalah taruhannya. Hentikan tren bus telolet yang membahayakan dan cari hiburan yang lebih aman bagi generasi muda kita. Jangan biarkan kejadian tragis terulang lagi.