Sebuah video yang beredar di media sosial mengungkap insiden penghalangan ambulans oleh seorang pengendara wanita yang hendak melakukan putar balik. Peristiwa ini memicu perbincangan mengenai respons lambat dan kurangnya kompetensi pengemudi wanita di jalan raya.
Video tersebut menunjukkan seorang wanita mengendarai skuter matik bongsor yang berhenti di tengah jalan untuk mengambil tas yang jatuh dari motornya. Aksi ini menghambat laju ambulans yang melaju dari arah berlawanan. Sang sopir ambulans pun memberikan peringatan, namun pengemudi wanita tersebut tetap nekat mendahului kendaraan di depannya dan nyaris tersenggol ambulans.
Training Director Safety Defensive Consultant, Sony Susmana, menyatakan bahwa ibu-ibu atau wanita cenderung memiliki respons dan berpikir lebih lambat dalam situasi mendadak, terutama di jalan raya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kompetensi dan pengalaman berkendara.
"Saat menghadapi ambulans yang lewat di lajurnya, mereka cenderung panik dan hanya fokus pada kendaraan yang datang dari arah yang sama. Mereka sulit mengantisipasi situasi dan bereaksi cepat," ujar Sony.
Rendahnya jam terbang dan minimnya pengalaman dalam menghadapi situasi darurat turut berkontribusi pada respons lambat pengemudi wanita. Selain itu, Sony mengingatkan bahwa pengemudi ambulans juga harus mengedepankan etika berkendara meskipun dalam keadaan mendesak.
"Melewati lajur berlawanan boleh saja ketika mendesak, tetapi harus dilakukan dengan aturan dan cara yang tepat. Jangan sampai tindakan tersebut justru menimbulkan bahaya bagi pengemudi lain," kata Sony.
Kasus penghalangan ambulans ini menjadi peringatan bagi semua pengemudi, terutama wanita, untuk meningkatkan kompetensi dan kewaspadaan berkendara. Diperlukan pelatihan dan edukasi yang berkelanjutan untuk membekali pengemudi dengan keterampilan dan pengetahuan yang mumpuni dalam menghadapi berbagai situasi di jalan raya.